Sanitation: The Next Generation

Sanitation: The Next Generation

Oleh: Hengky S Nugroho, Fasilitator Pembangunan Sanitasi

Sanitasi, sanitasi, dan sanitasi, …

Bagi sebagian besar kalangan masyarakat di Indonesia, kata sanitasi mungkin sudah menjadi kata yang umum dan biasa terdengar di telinga. Bagi masyarakat umum, sanitasi menjadi kata penghias dan sebuah “traffic word” di telinga mereka. Kadang tanpa mereka mengetahui betapa pentingnya arti sanitasi itu sendiri. Mereka mungkin belum mengetahui akibat mengerikan apa yang akan diderita anak, cucu apalagi cicit kita, ketika kata “sanitasi” terabaikan.

Definisi sanitasi memang tidak hanya satu versi pemahaman. Ada yang menganggap sanitasi adalah urusan air limbah rumah tangga, ada yang menyebut urusan air limbah rumah tangga dan air bersih, dan ada juga yang mengatakan bahwa sanitasi itu adalah urusan air limbah rumah tangga, persampahan dan juga drainase. Dalam berbagai aspek, beberapa pendapat diatas benar, tergantung kondisi dan siapa yang akan berperan didalamnya. Sebagai contoh bila pembangunan sanitasi dilaksanakan tanpa memperhatikan urusan air bersih maka hal ini tidak akan berhasil, karena sanitasi butuh air bersih. Sanitasi juga bisa dikaitkan dengan sampah dan drainase, karena ketiganya saling berhubungan langsung dan menjadi indikator tingkat kesejahteraan di masyarakat, dan memang sanitasi adalah kebutuhan dasar.

Dalam tiga periode jangka menengah terakhir, tidak sedikit program-program yang bertujuan mengatasi permasalahan sanitasi yang diluncurkan oleh pemerintah. Pemerintah meluncurkan dan mendukung beberapa program nasional seperti Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), dan masih banyak program yang ada. Beberapa produk programpun turut menjadi bagian penting dari pembangunan sanitasi seperti, Dokumen Buku Putih Sanitasi (Dokumen yang berisi tentang kondisi sanitasi pada tahun penyusunan), Strategi Sanitasi Kota/Kab (Dokumen yang berisi tentang strategi dan program penanggulangan permasalahan sanitasi), Memorandum Program Sanitasi (Dokumen yang berisi tentang Pengintegrasian Program Kegiatan Sanitasi ke dalam Mekanisme Penganggaran Daerah), IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) berbasis masyarakat, tendon-tandon, sumur pompa, hidran dan jamban keluarga. Beberapa produk tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hasil kolaborasi antara perencanaan dan implementasi program sanitasi di daerah. Ini adalah bukti dari keseriusan pemerintah dalam mengejar ketertinggalan urusan sanitasi dari negara-negara tetangga di kawasan ASEAN. Regulasi terkait sanitasi juga menjadi sebuah kewajiban yang diluncurkan oleh pemerintah untuk dapat dijadikan dasar bagi daerah dalam meluncurkan regulasi turunannya. Sebut saja seperti Peraturan Presiden nomor 185 Tahun 2014 tentang percepatan pembangunan air minum dan sanitasi, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 4 tahun 2017 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik, Peraturan Presiden nomor 97 tahun 2017 tentang kebijakan dan strategi persampahan dan masih banyak peraturan terkait sanitasi.

Maka dapat dilihat bahwa dukungan pemerintah sangat serius dalam pembangunan dan pengembangan di bidang sanitasi. Tidak hanya dari aspek pembangunan fisik, tetapi juga dari aspek peran masyarakat, swasta, peraturan dan berbagai aspek yang terkait sanitasi, walaupun beberapa target yang dicanangkan masih belum tercapai di beberapa daerah.
Apakah itu berarti program-program dan regulasi-regulasi tersebut gagal? Tidak, program tersebut tidaklah gagal sama sekali. Beberapa faktor non teknis mungkin juga berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah program di daerah. Prioritas urusan seringkali menjadi sandungan bagi sanitasi untuk dapat menjadi primary display dalam setiap rapat koordinasi di kalangan eksekutif ataupun legislatif. Kondisi geografis, sosial ekonomi juga menjadi alasan tersendiri bagi daerah yang memang mempunyai karakteristik yang sulit.
Kegagalan tidak melulu menjadi hasil dari keseriusan pemerintah, beberapa hasil sudah mulai tampak seperti kegiatan rutin bank sampah, arisan jamban, penggunaan dana desa untuk sanitasi, kelompok swadaya masyarakat, kelompok peduli sanitasi dan lain-lain. Tidak hanya itu, keseriusan pemerintah sampai pada dunia pendidikan dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti sekolah adiwiyata, lomba K3 sekolah, penyusunan strategi sanitasi sekolah, pendidikan sanitasi dini, kegiatan duta sanitasi dan sebagainya. Bahkan, berkat program-program tersebut, beberapa generasi dari setiap keluarga akan lebih banyak belajar dan mengetahui arti penting dari sanitasi. Setiap siswa dari setiap sekolah akan lebih bisa mengetahui dampak dari sanitasi yang terabaikan.

Memang tidak semua mendapatkan kesempatan belajar arti kata sanitasi, karena begitu terbatasnya sumber daya yang dimiliki pemerintah. Walaupun begitu, setiap keluarga harus mengetahui sanitasi yang baik dan mengerti bagaimana cara terhindar dari resiko penyakit akibat sanitasi yang buruk. Katakanlah, bagaimana pentingnya sebuah informasi tentang tangkiseptik yang tidak kedap air bisa mencemari pasokan air tanah, apa yang disisakan untuk generasi mendatang? Lalu bagaimana jika tidak ada Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja akhir, kemana jasa sedot tinja membuang lumpur tinja yang disedot dari tangki septik? Apa bedanya dengan langsung buang air besar di sembarang tempat? Apa hubungannya dengan penyakit-penyakit tertentu?

Lalu bagaimana dengan urusan persampahan. Apakah kita sudah mengetahui bahwa mengelola sampah bisa mendatangkan beberapa keuntungan seperti peluang pariwisata dan peluang peningkatan perekonomian. Atau sekedar informasi bagaimana mengelola urusan persampahan yang baik dan benar sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan. Atau bagaimana sampah disebut sebagai “Black Gold” atau emas hitam di beberapa negara.

Selain itu, terdapat juga permasalahan pengetahuan masyarakat yang kurang tentang fungsi saluran drainase atau lebih dikenal dengan selokan, parit atau apapun istilahnya. Bila dilihat memang sebagian masyarakat masih belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang fungsi drainase yang sesungguhnya. Saluran drainase selama ini difungsikan sebagai badan penerima limbah greywater (limbah rumah tangga cair yang berasal dari saluran mandi dan cuci) dan terkadang masih ada yang membuang blackwater (tinja dan semua yang masuk dari lubang kakus/closet) ke saluran drainase. Bahkan tidak jarang sering kita temui sampah-sampah rumah tangga yang masuk ke dalam aliran drainase hingga ke sungai.
Hal ini berlangsung hingga saat ini dan masih banyak ditemukan kondisi tersebut di sebagian masyarakat. Jika mereka tidak diberikan informasi dan kesadaran, bagaimana bisa mereka mengetahui kalau hal tersebut adalah sesuatu yang tidak boleh dilakukan.

Jawaban beberapa pertanyaan mungkin tidak diketahui oleh sebagian masyarakat, bahkan yang mereka sering mendengar kata “sanitasi”. Bila ini kondisi yang terjadi, maka permasalahan ini menjadi sesuatu yang harus segera diatasi.

Kembali ke pre-statement awal, bahwa masyarakat mungkin belum mengetahui akibat mengerikan apa yang akan diderita anak, cucu apalagi cicit kita, ketika kata “sanitasi” terabaikan. Maka itu adalah tanggungjawab kita di generasi ini untuk menyampaikan informasi-informasi penting tentang sanitasi dan dampak akibat buruknya pengelolaan sanitasi bagi generasi-generasi di depan kita.

Seperti lagu Indonesia Raya,” bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya”.

Seperti itu jugalah pembangunan urusan sanitasi, tidak hanya membangun badannya tetapi juga membangun jiwanya, dan itupun seharusnya membangun “jiwa” terlebih dahulu. Artinya dalam membangun sesuatu, maka yang paling pertama dan paling penting adalah bagaimana masyarakat mempunyai pengetahuan dan kesadaran tentang apa yang akan dibangun nantinya.

Oleh karena itu mari kita bangun urusan sanitasi dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran kita tentang arti sanitasi. Apa yang kita lakukan sekarang akan sangat berarti bagi keberlangsungan kehidupan masa depan. Pemerintah memang mempunyai tujuan dan target, tetapi itu saja tidak cukup, mereka membutuhkan kita, masyarakat.

Coba kita sadarkan jiwa kita dari “pingsan sanitasi” selama ini, bukan untuk kita saja tetapi untuk generasi kita mendatang, untuk anak, cucu, dan cicit dan cicitnya cicit kita jauh di depan kita. Seandainya tidak bisa kita wujudkan sekarang, paling tidak apa yang kita tanam, akan dinikmati mereka nantinya.

Tulisan sederhana ini saya dedikasikan untuk semua kalangan masyarakat di Indonesia, demi keberlangsungan kehidupan yang layak untuk generasi kita selanjutnya.

Ayo rek, konco-koncoku, peduli sanitasi yo bareng-bareng…..minimal awake dewe disik. Nek wis ngerti, omongno nang anakmu sampe putumu.
Salam sanitasi teko Malang, Jawa Timur

Hengky S Nugroho-JustOrdinaryPeople

Sanitation : The Next Generation
Its Need Us
Its About Responsibility
Its Our Legacies

#NTUWritingContest2019
#SanitasiuntukIndonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *