Guru dan Mahasiswa Perlu Dibantu agar Lebih Resilien

Guru dan Mahasiswa Perlu Dibantu agar Lebih Resilien

DEPOK, 17 Juli 2021: Pemberlakuan Pembatasan Sosial Masyarakat (PPKM) Darurat yang dilakukan untuk menghindari resiko penularan membuat sekolah tidak lagi bisa dilakukan secara tatap muka. Kelas fisik beralih menjadi kelas daring.

Interaksi guru dan murid kini berada di platform media sosial. Murid-murid kini belajar dari rumah melalui Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Perubahan ini tidak saja memengaruhi murid, namun juga termasuk guru.

Dari riset berjudul “Resiliensi Orang Indonesia”, yang merupakan hasil kerja tim riset khusus yang dibentuk dalam Dies Natalis Fakultas Psikologi (FPsi) UI ke-61, yaitu para alumni dari angkatan 1989, 1990 dan 1991 dan akademisi FPsi UI yang terdiri dari dari Rocky A. C. Hatibie, S.Psi, Dr. Bagus Takwin, S.Psi., M.Hum., Dr. Dyah Triarini Indirasari, S.Psi., M.A., Tommy Hariman Siddiq, S.Psi., M.M., Linawaty Mustopoh, S.Psi. dan Isdar Andre Marwan, S.Psi., ditemukan beberapa hal menarik terkait resiliensi guru, dosen dan mahasiswa.

Riset ini dilakukan secara daring pada periode akhir Mei hingga awal Juni 2021 dengan total responden sebanyak 5817 orang. Responden berusia antara 16 hingga lebih dari 70 tahun. Kelompok responden yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia ini, 2.910 adalah guru, 256 dosen dan 412 mahasiswa.

Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dan bangkit kembali setelah mengalami kejadian yang penuh dengan tekanan, tragedi dan trauma.

Pada webinar berjudul “Well-being Guru, Dosen dan Mahasiswa di Masa Pandemi” yang digelar pada Sabtu (17/7/2021) ini, Dyah T. Indirasari, mewakili tim periset, mengungkapkan bahwa walaupun guru-guru puas terhadap hidup mereka dan memiliki emosi positif yang baik, namun resiliensi mereka rendah.

“Artinya, jika berada dalam situasi emosional, maka mereka lebih sulit untuk bangkit, lebih tidak tahan terhadap stres dan cenderung pesimistik,” ungkap pengajar Fakultas Psikologi UI yang biasa disapa Ira ini.

Temuan lain, lanjutnya, para dosen puas terhadap hidup mereka dan memiliki resiliensi yang baik. Mereka lebih mudah bertahan setelah mengalami peristiwa yang emosional, lebih tahan terhadap stress dan cenderung optimis. Pada sisi yang lain, mahasiswa justru tidak puas terhadap hidup mereka, memiliki resiliensi yang rendah dan mudah depresi.

Selain memaparkan temuan-temuan menarik dari riset, Ira juga meyampaikan bahwa perlu ada upaya dukungan untuk guru dan mahasiswa agar mereka bisa meningkatkan well-being dan menjadi lebih resilien.

Menurut Ira, antara lain meningkatkan emosi positif dalam proses pembelajaran dengan memberikan rasa keberhasilan pada mahasiswa, sehingga self-esteem meningkat. Bisa pula dengan meningkatkan frekuensi dan kualitas interaksi sosial.

Pemaparan hasil riset ini juga diperkaya dengan tanggapan dari Imelda Ika Dian Oriza dan Diena Haryana. Webinar ditutup dengan sesi tanya jawab.

Sementara itu, Dekan Fakultas Psikologi UI, Dr. Tjut Rifameutia Umar Ali, M.A mengatakan, hasil riset ini menggambarkan dinamika yang terjadi di kampus.

“Hasil riset yang telah dilakukan cukup menggambarkan dinamika yang terjadi di kampus. Tentunya hal ini akan memperkaya upaya intervensi dari pihak pengelola pendidikan agar proses belajar mengajar dalam situasi saat ini menjadi lebih efektif dengan mempertimbangkan kondisi mental dosen dan mahasiswa”, ujar Tjut Rifameutia Umar Ali.(Daru/*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *