UMKM Perlu Lebih Resilien untuk Bangkit

UMKM Perlu Lebih Resilien untuk Bangkit

JAKARTA, 31 Juli 2021: Dalam survei Bank Indonesia pada Maret 2021, sebanyak 87,5 persen UMKM terdampak pandemi Covid-19. Dari jumlah tersebut, sekitar 93,2 persen diantaranya terdampak negatif di sisi penjualan.

Terkait hal tersebut, Tim Riset Dies Natalis ke-61 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) melakukan penelitian terhadap sebanyak 277 pelaku UMKM yang tersebar di 34 provinsi Indonesia. Tim riset dipimpin oleh Rocky AC Hatibie.

Selain pengukuran resiliensi, penelitian ini juga mengukur variabel kepuasan hidup, afek positif serta negatif, kesehatan mental dan alat ukur gangguan depresi.

Ketua Tim Riset Dies Natalis ke-61 Fakultas Psikologi UI, Rocky AC Hatibie mengatakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para pelaku UMKM, untuk menyadari faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan mereka lebih resilien, dalam menghadapi tantangan pengelolaan diri dan sumber daya manusia dalam konteks usaha mereka.

Resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dan bangkit kembali setelah mengalami kejadian yang penuh dengan tekanan, tragedi, dan trauma seperti situasi pandemi saat ini.

Rocky mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukan timnya terhadap sebanyak 277 pelaku UMKM di 34 provinsi Indonesia, ditemukan bahwa tingkat kesehatan mental pelaku UMKM tergolong tinggi dengan kepuasan hidup yang tergolong puas atau cukup baik dan memiliki afek positif yang tergolong tinggi.

“Hal ini menunjukkan bahwa para wirausahawan menyadari kemampuannya dan cukup dapat menangani stress yang dialami terkait pandemi, khususnya hingga kuartal pertama tahun 2021,” kata Rocky, dalam paparannya di webinar bertajuk “Resiliensi Pelaku UMKM di Masa Pandemi”, Sabtu, 31 Juli 2021.

Lanjutnya, efek negatif yang mereka tampilkan tergolong rendah yang mengindikasikan mereka cukup mampu mengelola kekhawatirannya. Secara umum, pelaku UMKM menilai kehidupan mereka saat ini sudah mendekati apa yang mereka cita-citakan, walaupun masih banyak yang belum sesuai dengan harapan mereka.

Rocky menjelasan, kebanyakan pelaku UMKM yang menjadi responden penelitian ini tidak mengalami gangguan depresi atau hanya mengalami gejala depresi ringan. Meskipun demikian, mereka memiliki kondisi resiliensi yang berkisar antara kategori normal dan rendah.

“Hal ini menandakan bahwa meskipun mereka mampu mengelola mental secara baik, namun apabila menghadapi situasi yang sulit dan traumatis, mereka cenderung cemas, lebih mudah merasa terbebani dan pesimis dalam memandang masa depan,” imbuhnya.

Ia mengatakan, dalam situasi pandemi berkepanjangan ini maka pelaku UMKM memerlukan dukungan agar lebih mampu beradaptasi dan memiliki kemauan untuk bangkit.

”Pelaku UMKM diharapkan dapat menciptakan emosi positif lebih banyak. Untuk diri sendiri, untuk pekerjaan maupun dalam kehidupan sosialnya. Dukungan dari lingkungan dan pemerintah pun bisa membuat nilai resiliensi pelaku UMKM bertambah,” ujar Rocky.

Dalam kesempatan tersebut, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Tjut Rifameutia Umar Ali menyampaikan bahwa, UMKM tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kampus. Banyak pedagang di sekeliling kampus yang harus berjuang untuk menghadapi situasi pandemi di saat proses belajar mengajar secara daring diterapkan.

“Sehingga mereka tidak bisa berdagang di lingkungan kampus lagi. Mereka harus memikirkan peluang lain yang mungkin selama ini tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya. Tentunya mereka membutuhkan kemampuan dan resiliensi yang tinggi untuk dapat mengatasi kesulitannya,” ujar Tjut Rifameutia.

Gus Minging DS, Psikolog, yang juga berkecimpung dalam dunia wirausaha dan UMKM menambahkan, sebagai pengusaha memang perlu memiliki resiliensi yang tinggi, terutama saat menghadapi kondisi pandemi.

“Fokus pada apa yang bisa kita lakukan dari pada mengeluh tentang apa yang tidak bisa kita lakukan. Kita perlu mendefinisikan ulang arti kepuasan hidup dan mentransformasi bisnis ke digital, serta mencari cara baru dalam proses bisnis guna menjawab kebutuhan pandemi dengan terus berkreasi untuk lentur dan lenting dalam berbisnis. Terus melangkah, bertranformasi dan beresilient,” tandas Gus Minging.(daru/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *