Endi Sopandi Darmis

Endi Sopandi Darmis

KASTANEWS.COM: Namanya Endi Sopandi Darmis. Dia karibku di SMA 82 Jakarta. Bukan hanya itu, bersamaku dia juga tergabung di Exispal24KJ.

Kalau diitung-itung, Endi termasuk anak pintar. Waktu pemilihan jurusan, dia masuk di kelas Fisika, atau A-1. Pada umumnya, anak-anak Fisika punya otak lumayan.  Denger-denger sih begitu.

Dulu, waktu masih SMA dan mulai pada numbuh kumis, Iwan Fals muda itu mirip banget sama Endi. Tirus-tirusnya, kumisnya, malah sampe rambut ikalnya Endi mirip Iwan Fals.  Cuma gak tahu juga deh, Endi ini suka gak sama lagu-lagunya Iwan.  Yang bisa diketahui, bukan pengakuan dia ya, Endi sama Iwan Fals, sama-sama suka naik gunung.

Ngomong soal gunung, Endi ini juga salah satu penggiat di organisasi pecinta alam SMA 82Daha yang namanya Exispal 24KJ. Sudah banyak gunung yang dia daki. Bahkan beberapa gua juga pernah dia selusuri.

Setelah lulus dari 82Daha tahun 1987, Endi menimba ilmu di Universitas Pancasila.  Jurusan yang diambil Teknik Arsitekture. Jurusan yang diambil ini, paling tidak cukup bisa jadi bukti kalau otaknya emang encer. Gak salah dia waktu SMA jurusannya Fisika. Tapi, untuk meraih gelar sarjana itu, Endi harus menghabiskan waktu 6 tahun. Endi lulus tahun 1993.

Lepas dari dunia kampus, Endi yang juga sempat belajar silat MERPATI PUTIH ini, mencoba untuk membuka usaha sendiri sebagai konsultan. Namun sayang gak lama, karena kemudian Endi malah bergabung dengan Pramita Mulya Mitrakarya. Sebuah perusahaan pengadaan signal kereta api.

Tapi kemudian, alur hidup sepertinya tidak bisa menjauh dari aliran darah. Jujur Endi mengaku punya darah seni yang mengalir dalam dirinya.  Meski sedikit, tapi yang sedikit itulah yang membuatnya seperti sekarang ini.

“Memang ada secuil bakat seni di diri gue.  Yah.. jadi gue coba kembangin. Eh malah keasikan. Selain emang gue jadi arsitek yang banyak berkecimpung di karya seni. Jadi bisa saling dukung deh antara hobi, bakat dan kerjaan bergumul jadi satu,” papar Endi rileks.  Serileks ngopi di pagi hari.

Soal seni, pemilik tubuh atletis ini (dulu waktu SMA), mengaku mendapatkan ide untuk karya seni digital art painting dari melihat kemampuan computer yang bisa mempermudah dan mempercepat segala proses pekerjaan.  Inilah yang membuat Endi terus bertahan.

“Yang bikin betah kerjaan seni digital art adalah kecepatan proses pembuatannya yang sangat cepat dan kreativitas pengolahannya yang sangat banyak,” terang Endi.

Selama menggumuli dunia seni, laki-laki kelahiran 16 Februari 1968 ini mengaku senang dengan apa yang sudah dikerjakannya. Tapi rupanya, itu karena belum banyak pesaingnya.

“Padahal di luar negeri, dunia digital art painting ini sudah sangat kompetitif. Sukanya lagi, kalau dapet order dan klien kaget karena kecepatan produksinya,” ujar Endi.

Sayangnya, penggemar motor gede ini juga mengakui, dunia seni yang digelutinya sekarang ini masih dipandang sebelah mata.

“Masih dianggap bukan produk seniman. Padahal itu salah besar,” kilah Endi.

Untuk mendukung aktifitasnya, laki-laki yang senang memelihara jenggot ini memang pernah memiliki galeri. Tapi seiring dengan perkembangan dunia online marketing, Endi terpaksa menutup galerinya.  Meski dia yakin sekali, suatu saat nanti galeri itu akan dibangunnya kembali.

Layaknya seniman yang menyalurkan gagasan-gagasannya, Endi hanya mengalir saja seperti air.

“Mengikuti arus yang deras. Karena pasti diujungnya ada rezeki yang terpampang luas seperti lautan,” ujar Endi yang tampak makin religius itu.

Untuk menerapkan online marketing, selain tetap menggunakan promosi dari mulut ke mulut, Endi sudah menggunakan facebook, instagram dan berbagai sarana on line lainnya.

Sebagai sebuah karya seni, hasil kreativitasnya memang bisa diserap berbagai kalangan. Bahkan Endi menjelaskannya dengan gamblang.

“Coba kalo kita perhatikan, berapa banyak foto yang ada di hp orang, yang kebanyakan cuma bisa dilihat doang.  Tidak pernah foto itu diabadikan jadi karya seni seperti lukisan di kanvas. Atau photo lama yang sudah sekian tahun. Itu semua bisa direpro ulang ke dalam lukisan digital art.

Belum lagi kalau kita cetak ke media wallpaper. Gambar kita bisa ekspose ke ukuran besar. Sebesar dinding yang diinginkan. Namanya wallpaper custom,” papar Endi.

Untuk mewujudkan itu semua, memang butuh modal. Tapi Endi mengaku untuk menjalankan digital art painting tidak membutuhkan modal besar. Apalagi Endi menerapkan mini management yang sebagian besar pekerjaan memang dilakukan oleh computer.

“Saat ini kebetulan saya sedang menjalankan beberapa bidang. Misalnya sekarang saya ikut bergabung di karya digital, juga pembuatan serial kartun animasi Adit Sopo Jarwo, yang tergabung ke dalam Md Animasi,” papar Endi.

Sementara untuk digital art painting, kalau temen-temen lulusan 82Daha menginginkan jasa Endi Art, bisa lewat facebook, instagram, atau email.

“Jadi tinggal kirim email untuk fotonya, nanti kita kasih info dummy nya, kalo cocok baru deh transfer, he he he” jelas Endi sambil nyengir.

Memang cukup mudah bertransaksi sama laki-laki yang berat badannya mulai terus bertambah ini.  Apalagi untuk urusan digital art painting, Endi biasa melakukannya seorang diri, jadi memang gak ribet. Sementara untuk konsultan arsitekture Endi tetap menggunakan partner. Sedangkan untuk animasi kartun, dirinya memang tergabung dengan MD Animas.

Dengan apa yang masih dilakukannya sekarang ini, Endi benar-benar bisa merasakan kenikmatannya. Selain bisa menyalurkan bakat dan hobi, aktifitasnya ini bahkan sudah menjadi profesi. Jadi tak usah heran, selama hayat masih di kandung badan, Endi akan terus bergulat dengan dunia seni yang satu ini.

Satu hal yang ingin disampaikan selama Endi menjalani aktifitasnya, bahwa segala sesuatunya berangkat dari bekerja, kemudian berkarya, baru mencipta. Untuk sampai di pencapaian yang sekarang, tentu bukan hal mudah bagi Endi. Jatuh bangun adalah biasa. Justru itu yang membuat dirinya semakin kuat.

“Pengalaman di Exispal bagi gue salah satu penguat hidup gue sampe sekarang. Tuff terhadap gelombang masalah. Apalagi pengalaman waktu masuk goa, widiiih… udah kaya di film-film holliwood.  Berenang yang airnya full yang harus nimbul di tempat lain. Top abis lah,” terang Endi mengandaikan jalan hidupnya.

Sebuah kebanggaan yang tersimpan sebagai sesama alumni 82Daha.  Satu, atau mungkin lebih, lulusan 82Daha punya banyak potensi yang belum seluruhnya digali.

Tak perlu ragu untuk menghubungi Endi Art jika memang merasa perlu mengabadikan diri dan keluarga ke dalam sebuah digital art painting.  Atau bisa meminta Endi jika mau konsultasi design interior. Sesama alumni 82Daha harus saling menopang satu sama lain agar kita kuat. Endi pasti bisa kasih harga special.

Sukses buat Endi Art, selamat, kami bangga karena memiliki seorang Endi Sopandi Darmis. (karib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *