Willy Aditya Imbau Mahasiswa Madura Di Rantau Bikin Gerakan Literasi

Willy Aditya Imbau Mahasiswa Madura Di Rantau Bikin Gerakan Literasi

JAKARTA (Kastanews.com): Anggota DPR dari Fraksi Partai NasDem Willy Aditya mengimbau mahasiswa-mahasiswa Madura di perantauan Jabotabek menggalakkan program literasi.

Menurut Legislator NasDem dari Dapil Jawa Timur XI (Bangkalan, Sumenep, Pamekasan dan Sampang) itu, peningkatan literasi melalui pengadaan perpustakaan di kampung-kampung dan di masjid-masjid akan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

“Literasi akan membuat masyarakat bisa berpikir kritis. Berpikir kritis adalah syarat bagi peradaban kita bisa berkembang dan demokrasi kita terjaga,” tukas jebolan Universitas Gadjah Mada itu, Kamis (27/7).

Hal itu disampaikan Willy Aditya saat menemui dua kelompok mahasiswa Madura di Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai NasDem di Jl RP Soeroso, Jakarta Pusat. Kelompok pertama adalah Gerakan Mahasiswa Nusantara (GMN) yang dipimpin Ali Hamdan dan kelompok kedua adalah Forum Mahasiswa Madura (Formad) yang dikoordinatori Ferdy Ansyah.

Perpustakaan itu, kata Willy, bisa dibangun di masjid atau musala-musala di kampung. “Jangan masjid hanya untuk ibadah wajib saja, tapi juga menjadi pusat literasi,” tegas Willy.

Wakil Ketua Fraksi Partai NasDem DPR juga menyampaikan, problem lain yang sedang terjadi saat ini adalah minimnya lapangan kerja dan problem stunting pada anak-anak.

“Bicara stunting, kita bicara gizi, bicara makanan,” ujar Willy.

Karena itu, Wakil Ketua Badan Legislasi DPR ini menyambut baik rencana kedua organisasi mahasiswa ini untuk membuat program-program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat seperti yang dia sebut.

Dalam pertemuan yang diikuti belasan mahasiswa asal Madura itu juga muncul perbincangan mengenai ide “Provinsi Madura”. Willy menegaskan, Partai NasDem menyokong gagasan pembentukan Provinsi Madura.

“(Namun masalahnya) ada moratorium daerah otonomi baru,” kata Willy.
Karena itu, Fraksi NasDem di DPR menunggu kesepakatan bersama wakil rakyat bersama pemerintah untuk menghentikan moratorium.

Dan Willy menyebut, bukan hanya Madura yang sedang antre untuk bisa menjadi provinsi sendiri. “Antreannya panjang,” pungkas aktivis mahasiswa 98 itu.(rls/surya/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *