Veyda ‘Apek’ Verzal

Veyda ‘Apek’ Verzal

KASTANEWS.COM: Kami disatukan di kampus yang sama. Tapi kami beda angkatan. Aku juga tidak mengenalnya selama kami menimba ilmu di kampus itu. Aku justru mengenalnya selepas kami sama-sama tidak di kampus itu.

Entah dari mana urutannya aku tidak mengingatnya lagi. Tapi, Veyda ‘Apek’ Verzal atau aku kerap memanggilnya Uni Apek, adalah teman seangkatan suamiku. Kata suamikupun, dia juga tidak mengenal dekat sama Uni Apek selama kuliah di kampus itu.

Tapi itulah hidup dan kehidupan. Kami yang merasa memiliki kesamaan pandangan di beberapa hal, membuat kami terasa dekat. Mudah-mudahan kedekatan itu sampai ke hati kami masing-masing. Dengan segala kejujurannya. Uni Apek pun serasa telah menjadi karibku.

Beberapa waktu lalu, aku dan Uni Apek, sempat Keliling ke berbagai destinasi wisata ke daerah-daerah di Nusantara. Itu jadi keasyikan tersendiri. Selain menikmati keindahan alamnya, kita juga akan bisa merasakan kebesaran Sang Pencipta yang sesungguhnya.

Kali ini, aku dan Uni Apek, berduaan saja mengunjungi Kebumen, kota kecil di Pesisir Pantai Selatan Jawa Tengah yang ternyata banyak meyimpan kekayaan alam dan wisata.

Veyda yang selalu aku panggil dengan Uni Ape, memang tipe teman menyenangkan. Meski hanya jalan berduaan saja, dia udah rame banget.

Mulai dari Stasiun Senen sampai Stasiun Kebumen, gak hentinya dia berceloteh tentang banyak hal. Mulai dari menanggapi urusan politik, cerita tentang pekerjannya di LSM yang mengurusi masalah pendidikan dan daerah-daerah sampai curhat-curhatan urusan pribadi.

Dari segitu banyak obrolan, kami berdua lebih sering ketawa ketiwinya timbang seriusnya.

Setibanya di Staisun Kebumen, kami langsung menuju warung Soto Ayam di pinggir-pinggir jalan.. Dan ternyata, hmmmm enaakk…

Semangkuk berdua mampu menghangatkan perut yang sepanjang perjalanan rada kaku akibat AC kereta yang begitu dingin.

Setelah perut terisi, barulah kami menuju hotel yang letaknya tepat di depan tasiun hanya denga berjalan kaki.

Ba’da Ashar, aku dan Uni Ape ke luar hotel, jalan kaki menyusuri perkampungan dan sekitarnya sambil mengamati aktivitas warga setempat yang mayoritas sedang duduk santai di beranda rumahnya.

Gak terasa, ternyata sudah lumayan jauh kami berjalan dan akhirnya kami menggunakan fasilitas becak-motor untuk kembali ke hotel.

Ba’da Maghrib, temanku Sudarmono (Mono) yang memang tinggal di Kebumen, yang bekerja di Ratih TV/In Radio (tv lokal di sana) menjemput kami untuk melihat-lihat kota di waktu malam.

Tapi, kota kecil ini memang sepi. Cafe yang ada di dekat alun-alun pun tidak terlalu ramai pengunjung. Adem ayem dan tidak terlalu berpolusi. Jajanan cafe juga murah meriah. Dengan uang 50K sudah tersaji beberapa menu cemilan. Dua gelas jus dan segelaa wedang jahe. Hhmmm… beda banget ya sama jajanan di Jabodetabek.

Belum jam 9 malem, swasana tambah sepi. Akhirnya kami putuskan untuk jalan mengitari alun-alun. Begitu menyeberangi jalan, aku langsung menuju odong-odong yang ngetem menunggu penumpang.

Hahaha ya sudah, akhirnya kami bertiga naik odong-odong dengan antusias sambil tertawa-tawa girang di tengah-tengah musik dangdut yang mengiringi.

Hadeuh, berasa kembali jadi bocah.

Turun dari odongodong, kami menyempatkan mampir di Masjid Agung Kebumen. Barulah setelah itu kembali ke penginapan untuk trip keesokannya

Hari Kedua
Pagi-pagi, sekitar jam 7, Mono sudah kembali menjemput kami untuk mengajak kami ke beberapa tempat wisata. Pertama yang kami kunjungi adalah Gua Jatijajar. Gua yang sudah direnovasi. Menurutku, keasriannya justru berkurang walau tetap tampak indah. Di sini kami harus menaiki dan menuruni anak-anak tangga untuk dapat sampai ke sumber air di dalam gua.

Perjalanan lanjut ke kawasan wisata Pantai Ayah. Di pantai ini terdapat hutan mangrove yang teduh. Untuk mencapai ke pinggirannya kami harus menggunakan perahu motor.

Di pantai ini pula sekelompok nelayan yang sedang memilah-milah udang dan ikan menarik perhatian. Memang sudah rejeki, deng 10.000 rupiah kami diberi udang hampir 1/2 kg dan langsung direbus di tempat.

Manis rasa udang rebus yang dicocol dengan sambal kecap khas Kebumen ini membuat selera makan gak terbendung.

“Kok murah banget, 10K dapet banyak udangnya?” tanya Mono.
Aku sama Uni Ape berpandangan dan tertawa bersamaan.
“Lha, emang gak pernah beli di sini?…hahaha… Lu kan orang sini, harusnya tau dong ah”.. seloroh Uni Ape..

Mulai deh, Uni Ape rame dengan celotehannya..

Mono cuma senyum-senyum aja dicelotehin begitu.

Sehabis kenyang makan udang, perjalanan diteruskan ke wisata Sawangan Adventure. Di sini kami ditantang untuk menaiki anak tangga sekitar 200 m. Belum lagi anak tangga satu dengan lainnya gak sama. Bikin pegel kaki.

Mono sampai duluan di atas, terus Uni Ape, dan terakhir aku. Di atas kami mengunjungi Gua Siwowo yang masih asri dan belum direnovasi. Dinding-dinding stalagmitnya masih asli dan indah.

Uni Apek terus asyik ambil beberapa gambar dinding-dinding gua denga antusias

Pantai Menganti adalah pantai terakhir yang kami kunjungi di Pesisir Pantai Selatan Kebumen.
Pantai inilah dari sekian wisata yang paling ramai pengunjung. Di sini, sambil melihat laut lepas, kami menikmati hidangan Sea Food sambil ngobrol seru satu dengan yang lain.

Mono yang memang sudah enam tahun tinggal di Kebumen, selalu berusaha menginfokan hasil bumi dan kekayaan daerahnya. Selain itu juga produksi khas Kebumen seperti kecap dan garam gak luput jadi bahan pembicaraan. Sayangnya, kami gak mendapatkan produk itu karena keterbatasan waktu dan cuaca yang kurang bersahabat.

Hari Ketiga
Tepat pukul 6.30, kami bersiapa meninggalkan Kebumen dengan membawa berbagai cerita. Mulai dari kulineran, wisata sampai cerita Mono yang membuat Uni Ape rajin mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.

Mono yang terlihat sering kewalahan menanggapi celoteh dan berbagai pertanyaan Uni Ape membuat aku yang melihatnya sering menahan tawa.

Tapi kami tetap menikmati setiap pertemanan dalam kebersamaan yang tulus. Saling bertukar info, bertukar wawasan dan pengetahuan.

Pengalaman memang guru dari segala guru. Setiap langkah yang terkayuh kami akan mengerti bagaimana indahnya pertemanan yang saling menghargai, bagaimana indahnya menyukuri apa yang Allah berikan.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *