Dukamu Dukaku Lukamu Lukaku

Dukamu Dukaku Lukamu Lukaku

KASTANEWS.ID, PINGGIR JAKARTA, 6 Januari 2019: Duka menyelimuti Jakarta dan sekitarnya karena banjir yang tidak pernah bilang kalau mau datang. Keluarga Besar Exispal24KJ ikut berbela sungkawa bagi korban meninggal dan mereka yang harus berjibaku dengan air, lumpur dan sampah.

Sedikitnya ada tujuh Anggota Keluarga Besar Exispal24KJ yang mengalami musibah banjir di Tahun Baru 2020. Bisa jadi, ada anggota lain yang juga terkena banjir namun tidak ingin memberi tahu karena satu atau dua alasan.

Banjir yang menelan korban lebih dari 30 jiwa itu juga menyengsarakan Shaggy Subianto, angkatan 1985 yang tinggal di Jalan Swadharma Petukangan Utara Jakarta Selatan. Secara kebetulan, kediaman Sheggy memang persis di depan kali. Hanya berjarak tidak lebih dari dua meter, pintu rumah Sheggy menghadap kali kecil yang jika meluap, akan masuk ke rumah.

Tinggi air yang menenggelamkan kediaman Sheggy dan keluarga mencapai tiga meter. Sehingga saat puncak air datang, hanya gentengnya saja yang terlihat.

“Kalau soal banjir sebenernya udah biasa, tapi kali ini memang sangat luar biasa airnya,” ungkap Shaggy saat relawan Exispal24KJ menyambanginya.

 Anggota ke dua yang terkena banjir adalah Umar Trihasto angkatan 1985 yang tinggal di Puri Kartika, Ciledug, Tangerang, Banten. Jika tidak salah informasi yang diperoleh, saat banjir menyergap kediamannya, dia bersama keluarga sedang merayakan Tahun Baru di Plaju Sumatera Selatan. Sehingga barang-barang tidak ada yang diselamatkan meski ketinggian air mencapai 120 CM.

Dari raut wajah yang tersirat saat relawan Exispal24KJ menyambanginya, Umar tampak tidak menunjukkan kesedihannya.

“Ya gimana, suka-suka ajalah. Nikmatin aja apa yang ada. Nasi bungkus banyak, makanan banyak, cuma transferan yang belum,” ujar Umar dengan gelak tawa.

Korban banjir ketiga dari Anggota Keluarga Besar Exispal24KJ adalah Syam Hadi Wibowo Angkatan 1986 yang tinggal di Paninggilan Utara, Cileduk, Tangerang dengan ketinggian air mencapai 50 CM. Meski cukup menelan korban barang-barang cukup banyak, namun Ayah yang baru menikahkan anak pertamanya itu cukup sabar menerima musibah banjir.

“Syukuri aja. Ini kan justru air berlimpah, coba kalau gak ada banjir, pasti musik kemarau akan lebih panjang lagi. Susah air. Jadi ya syukuri aja apa yang ada,” terang Syam.

Di tengah lelah menyelamatkan barang-barang yang masih bisa diselamatkan, Syam bahkan tidur di atas kasur yang terendam air.

Anggota Keluarga Besar Exispal24KJ lainnya yang juga kebanjiran adalah Titis Daminartini Angkatan 1986 yang tinggal di Pondok Maharta Ciledug lebih dari 50 CM. Agak berbeda dengan teman lainnya, Titis lebih berlapang dada menerima cobaan banjir ini. Wajahnya masih tampak segar meski tetap terlihat lelah.

Berbeda misalnya dengan Dadang angkatan 1985 yang tinggal juga di wilayah Ciledug. Kediamannya tampak berantakan dengan buku-buku dan kertas-kerta dokumen lainnya. Sebagai kepala keluarga Dadang tetap tampak tegar menghadapi musibah tersebut.

Begitupun dengan Rini Kuntari angkatan 1985 yang tinggal di Bekasi Timur Perumahan Margahayu yang kebanjiran hingga setengah meter. Saat disambangi relawan Exispal24KJ Aki Tris, Rini bersama suami masih memperlihatkan senyumnya saat Aki Tris singgah karena hendak ke Bandung. Selain senang ada wakil dari Exispal yang mengunjungi, musibah itu terasa ringan karena jabat erat Exispal benar-benar menjadi saudara.

Kabar tersiar kebanjiran juga dialami Kustini. Semoga saja apa yang dialami Kustini bisa segera diatasi dan segera kembali bisa melakukan aktifitas rutin.

Relawan Exispal24KJ
Catatan dari peristiwa banjir kemarin, semoga hanya kemarin dan tidak lagi ada yang berikutnya, adalah hadirnya sosok-sosok relawan yang sigap menyikapi situasi. Aki Tris boleh diberikan acungan jempol. Bukan karena dia lebih tua, tapi tentu tidak setua Macky, tapi dibanding kawan-kawan lain, Aki Tris yang pertama kali mengambil inisiasi untuk segera memberikan ‘bantuan’ kepada teman-teman yang terkeda musibah banjir.

 

Tenggelamnya rumah Sheggy menjadi trigger betapa bantuan sangat dibutuhkan dalam situasi seperti itu. Penggalangan dana secara spontanpun dilakukan. WA Group Exispal Peduli menjadi katalisator keputusan yang harus dikeluarkan. Proses diskusi tidak bertele-tele. Maka dalam hitungan jam, bahkan ada keputusan yang hanya dalam hitungan beberapa belas menit, bisa diambil.

Peristiwa ini seolah menegaskan, narasi ‘Kugenggam Erat Saudaraku’ benar-benar menjadi bukti. Bahkan jujur harus disampaikan di sini, di usia yang terus beranjak lebih dari setengah abad, sekat-sekat anggota dan simpatisan mulai dipinggirkan. Musibah adalah bicara aksi kemanusiaan.

Belum lagi relawan yang sempat mengunjungi teman-teman yang tertimpa musibah. Aki Tris, Budi, Ruslani, Hasan Entol menjadi relawan dadakan yang dengan penuh keikhlasan membantu dan menyambangi teman yang kesusahan.

Gerak cepat juga terlihat saat teman ada yang membutuhkan baju layak pakai karena seluruh isi rumah terendam banjir hingga tidak ada yang terselamatkan. Hanya dalam hitungan jam sejak diumumkan, baju layak pakai dari beberapa teman, segera diambil dan langsung didistribusikan. Sebuah kerja dari hati terdalam.

Tidak berhenti sampai di situ. Dukamu adalah dukaku, lukamu adalah lukaku. Entah dari mana datangnya, transferan ke rekening Exispal Peduli juga mengisi kas sehingga bisa memberi bantuan untuk sekedar meringankan beban yang ditanggung mereka yang kebanjiran.

“Assalamualaikum.. Selamat malam saudaraku semua.. Saya sekeluarga mengucapkan beribu-ribu terima kasih atas bantuan serta perhatian saudara-saudaraku semua yang telah membantu saya serta keluarga dalam menerima cobaan banjir dari Allah.. Semoga budi baik serta bantuan dari saudara-saudaraku semua Allah mengganti dengan rezeki yang lebih banyak lagi,” begitu tulis Syam Hadi Wibowo yang ikut menerima transferan dari teman-teman.

Begitupun dengan Umar yang memanfaatkan bantuan dari transferan Exispal Peduli dimanfaatkan untuk membersihkan sampah dan barang rumah tangga korban banjir.

“Alhamdulillah, donasi dari teman-teman bisa untuk membayar tukang pemulung untuk membuang sampah dan barang-barang rumah tangga korban banjir di lingkungan sepanjang jalan depan rumah saya atas namakan IPS 24kj 85 dan Keluarga Besar Exispal Komdak,” tulis Umar dalam WA Group Exispal Komdak.

Bisa diyakini, teman-teman lain yang menerima transferan juga akan mengucapkan terimakasihnya untuk seluruh Keluarga Besar Exispal24KJ. Hanya saja mungkin karena kesibukan berbenah masih belum sempat untuk menuliskannya.

Dari sini kita bisa belajar, bahwa genggaman erat saudara kita di Keluarga Exispal24KJ masih ada. Dan masih akan terus ada untuk kita semua. Semoga bagi yang sudah menyisihkan rejekinya dapat dilipatgandakan Sang Khalik, dan yang masih terus membenahi rumah, diberi kekuatan dan kesehatan. Amiinn.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *