Di Mana Luh Bro..

Di Mana Luh Bro..

KASTANEWS.ID, PAMULANG (5 Oktober 2019): Dia karibku. Namanya Al Fayet. Kami berteman bahkan sejak masih di Taman Kanak-kanak di bilangan Cawang, Jakarta Timur, kurang lebih 15 tahun yang lalu. Layaknya anak-anak, kami tidak berpikir atau membayangkan 15 tahun kemudian kami akan menjadi seperti apa.

Selepas masa belajar di TK Bhakti Ibu, kami secara kebetulan melanjutkan di Sekolah Dasar 03. Tidak jauh dari TK Bhakti Ibu. Atau tepatnya persis di sebelah Rumah Sakit Budi Asih.

Selama enam tahun di SD 03 Cawang, aku dan Fayet kembali satu kelas. Suka duka menjadi warna pertemanan kami. Bahkan kami pernah dihukum guru juga bersama.

Kebersamaan kami bukan hanya di dalam kelas. Karena ternyata, orang tua kami juga terasa dekat.
Kami saling mengunjungi ke rumah masing masing. Itu salah satu hal yang kemudian antara aku dan Fayet merasa semakin dekat.

Bahkan di kelas enam SD dulu, hampir setiap hari aku mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah diselesaikan di rumah Fayet. Sore atau sering kali malam, aku bahkan baru kembali pulang ke rumah.

Ada banyak warna dalam kehidupan karibku yang satu ini. Watak keras nya sudah terasa sejak kami masih duduk TK. Kalau bermain apa saja seperti tidak mau mengalah. Bicara hampir selalu kencang dan keras.
Tapi entah mengapa, orang seperti dia selalu hadir di kehidupanku.

Foto di atas aku temukan saat tak sengaja menemukan di halaman face book. Foto bersama adikku dan dia saat aku sunat.  Coba lihat tatapan matanya yang tajam. Seperti ingin menunjukkan kepribadiannya yang keras.

Kami bahkan sekeluarga pernah ke rumah nenek Al Fayet di Garut, Jawa Barat. Kami menginap beberapa hari. Kami benar benar menyatu. Adiknya dan adikku bahkan bukan lagi seperti orang lain. Begitupun orang tua kami.
Waktu terus berjalan. Jarak memisahkan kami. Kabar duka menyelimuti saat mendengar ayah nya Fayet pergi untuk selamanya.

Duka itu bukan hanya dirasakannya sendiri, tapi kami sekeluarga juga merasakan duka itu.
Hidup mengajarkan pada karibku itu untuk lebih bisa ditaklukkan. Dia semakin keras menjalani hidup. Nyalinya besar berjuang bertahan hidup dan untuk bunda nya juga dua adiknya. Aku salut.

Pernah aku mendengar, dia menjadi bartender, berjualan kopi Bandung – Jakarta, dan entah apalagi.
Meski lama tak mendengar namanya dan bersua, tapi dia selalu ada di kepalaku, di hatiku.
“Bro, lagi di mana lu sekarang?” (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *