JAKARTA, jeluka.id: Happy Salma merasa terharu sekaligus kagum dengan antusiasme kalangan anak muda yang turut berpartisipasi dalam kegiatan tapak tilas kehidupan Chairil Anwar. Kegiatan itu dilaksanakan sebagai rangkaian menjelang pementasan teater berjudul Perempuan-Perempuan Chairil yang akan digelar di Taman Ismail Marzuki pada 11 dan 12 November mendatang.
Rute yang dilalui mulai Jalan Diponegoro, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Stasiun Cikini, dan berakhir di Taman Ismail Marzuki. Semua tempat itu mewakili perempuan-perempuan yang ada dalam puisi-puisi sang pujangga dan ditutup dengan pembacaan puisi serta membedah naskah pementasan Perempuan-Perempuan Chairil.
“Saya cukup kaget juga karena yang ikut ini bayar dan mau jalan kaki jauh. Mereka sangat ingin tahu tentang sejarah, mengais-ngais kenangan sejarah itu sendiri. Saya salut juga. Terharu juga antusiasme anak muda,†ujarnya ketika ditemui di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, kemarin.
Happy menyampaikan, dengan mengapresiasi karya seni sekaligus berjalan bersama-sama untuk menyelami sejarah, akan tercipta suasana yang lebih guyub. Di samping itu, hal tersebut dapat menjalin solidaritas.
“Ada batasan-batasan perasaan yang tidak bisa dijabarkan lewat materi. Salah satunya lewat solidaritas dan rasa guyub ini biasanya hadir dalam proses berkesenian,†tutur Happy.
Menurutnya, salah satu cara agar generasi muda bisa memiliki jiwa toleransi atau kepekaan diri yakni dengan mencari jejak-jejak sejarah. Dengan begitu, ujar Happy, kita akan lebih menghargai yang kita punya dan lebih mencintai karya anak bangsa. Itu, misalnya, dilakukan dengan mengapresiasi karya-karya Chairil yang dia anggap patut menjadi tokoh idola bagi generasi saat ini.
“Di usianya, beliau sudah memiliki pemikiran yang maju,†tutur seniman yang turut memprakarsai yayasan Titimangsa Foundation sebagai salah satu upaya melestarikan seni teater.
Selain kekagumannya pada sosok sang pujangga, perempuan kelahiran 4 Januari 1980 itu lebih lanjut menjelaskan alasan dirinya tertarik memproduseri pertunjukan teater Perempuan-Perempuan Chairil.
“Chairil Anwar menurut saya penting untuk dipentaskan dalam pertunjukan teater. Saya tidak bisa membayangkan ketika itu dengan segala keterbatasan yang ada pasca-Indonesia merdeka, mungkin kamus bahasa Indonesia masih tipis sekali karena bahasa Indonesia tidak sekaya sekarang. Akan tetapi, Chairil mampu menyusun kata-kata yang sampai saat ini diapresiasi. Kalau kita baca puisi yang dibuat pada 1940-an, banyak kata yang tidak akrab di masa kini, tetapi Chairil bisa melampaui jarak yang sejauh itu sehingga beliau penting untuk diingat dan dihargai karya-karyanya,†papar perempuan yang pernah memerankan Nyai Ontosoroh dalam pementasan teater yang diadaptasi dari karya Pramoedya Ananta Toer, Bunga Akhir Zaman itu.
Empat perempuan
Happy mengatakan sengaja mengangkat kisah cinta Chairil Anwar yang tergambarkan dalam puisi-puisinya dan dituangkan naskah yang akan dipentaskan pada panggung teater nanti. Ada empat perempuan dalam hidup Chairil yang akan diangkat. Tokoh Chairil akan diperankan aktor Reza Rahadian, sosok Ida oleh Marsha Timothu, Sri Ajati oleh Chelsea Islan, Mirati oleh Tara Basro, dan Hapsah yang merupakan istri Chairil oleh Sita Nursanti.
“Kenapa perempuan-perempuan yang diangkat dalam teater ini? Karena saya tidak bisa membuat biopik atau biografi kehidupan Chairil secara keseluruhan dari sisi panggung. Itu akan sulit sekali. Jadi kita mengambil interpretasi pada puisi-puisi Chairil yang ada nama-nama perempuan yang dekat dengan kehidupannya,†terang ibu Tjokorda Sri Kinandari, 2, itu.(jlk)