JAKARTA (Kastanews.com)- Kesuksesan jalannya pemilu membutuhkan partisipasi aktif semua pihak. Jujur dan adil mudah diucapkan tapi sulit dipraktikkan.
“Kata jujur dan adil itu sangat mudah diucapkan, tetapi praktiknya sangat tidak mudah, karena membutuhkan kerja sama yang baik dari semua pihak,” ungkap anggota MPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Aminurokhman saat menjadi pembicara pada seminar Fraksi Partai NasDem MPR RI bertajuk Merawat Pemilu dalam Dimensi Restoratif di Kemang, Jakarta, Selasa (25/10).
Acara yang dihelat Fraksi Partai NasDem MPR RI bekerja sama dengan DPD NasDem Jakarta Selatan itu menghadirkan narasumber anggota MPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Aminurokhman, Fadholi, dan Mohammad Haerul Amri. Hadir sebagai narasumber pakar, Wibi Andrino, Ketua Fraksi Partai NasDem DPRD DKI, Puadi, anggota Bawaslu dan Idham Holik, komisioner KPU.
Anggota MPR dari Fraksi Partai NasDem dua periode, Fadholi dalam kesempatan tersebut mengatakan, kesuksesan jalannya pemilu juga membutuhkan sinergisitas antara penyelenggara pemilu dan partai politik.
“Sejauh ini, secara umum Partai NasDem telah menunjukkan berbagai praktik politik yang mengedepankan etik dan kesantunan,” kata Fadholi.
Sedangkan Haerul Amri menitikberatkan pada anak muda agar terus mematangkan diri pada praktik politik yang membawa kebaikan bagi bangsa.
“Pemilu adalah cara baik dalam proses regenerasi kepemimpinan kolektif. Bangsa ini harus terus memainkan peran besar dalam mewujudkan gerakan perubahan. Wilayah politik bukan lahan mencari penghidupan, tetapi justru peran politik adalah jalan pengabdian,” papar Haeral Amri.
Sebagai narasumber pakar, Idham Holik, anggota KPU memberikan banyak catatan terkait partisipasi peserta pemilu dalam upaya membangun bangsa.
“Pemilih yang cerdas adalah pemilih yang secara detail memahami regulasi penyelenggaraan pemilu. KPU sebagai penyelenggara pemilu akan terus memperbaiki cara kerja secara baik dan tertib sesuai dengan harapan semua pihak,” kata Idham.
Dia juga menambahkan, KPU akan terus menjaga netralitas dan independensi dalam upaya menerjemahkan kerja penyelenggara pemilu untuk menjaga jarak dengan semua peserta pemilu.
Sedangkan Puadi, anggota Bawaslu mengatakan penyelenggara pemilu adalah KPU, Bawaslu dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).
“Peserta pemilu harus paham terkait dengan regulasi yang menjadi acuan penyelenggaraan pemilu. Hal ini penting karena memahami regulasi menjadi cara yang sangat baik menghindari pelanggaran pemilu,” terang Puadi.
Sebagai tuan rumah sekaligus narasumber pakar, Wibi Andrino memberikan banyak catatan produktif soal merawat pemilu dalam dimensi restoratif. Menurutnya, kerja lapangan yang selama ini telah didedikasikan rasanya masih belum cukup, masih belum banyak, karena kerja politik tidak hanya kerja teoritis tetapi kerja turun langsung kepada masyarakat, melihat dan mendengar apa yang menjadi kebutuhan masyarakat.
“Apa yang dipikirkan Pak Surya Paloh dalam melihat bangsa ini adalah kerja intuitif. Restorasi adalah kata hati yang menggambarkan bagaimana bangsa ini harus terus dijaga dan dirawat hingga kelak menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa maju lainnya di dunia,” papar Wibi.
Selaku moderator, Muhammad Husen Db atau yang akrab disapa Debe, mengaku antusias atas pikiran hebat para narasumber sekaligus gembira atas partisipasi aktif seluruh peserta. Begitu banyak pikiran hebat para narasumber, harus diambil sebagai bahan diskursus yang mendewasakan.
“Dari anggota MPR hingga KPU dan Bawaslu, serta kakak Wibi telah menjelaskan banyak konsep dan pikiran besar, tinggal bagaimana semua pikiran ini bisa dipelajari seluruh peserta yang hadir dan seluruh anak bangsa untuk menjaga dan merawat semua kebaikan bangsa,” kata Debe.
Debe menambahkan, jika bangsa ini dirawat dengan baik, dipelihara oleh pemimpin yang baik, dititipkan kepada anak generasi yang cerdas, maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang maju dan besar. Itulah mimpi para pendahulu bangsa ini, Indonesia.(rls/*)