Kasih Kami tak Pernah Usai

Kasih Kami tak Pernah Usai

KASTANEWS.ID, PETUKANGAN: Kisah 30 tahun kelulusan Angkatan 1987 dari SMA N 82 Jakarta yang dibungkus dengan Halal Bihalal masih belum usai. Satu dari sekian guru yang diundang namun berhalangan hadir adalah Bu Pujo Pudjiastuti. Beliau tidak bisa menyaksikan kegembiraan anak didiknya dari Angkatan ’87 karena sedang mengalami sakit stroke.

Berkenaan dengan itu, tiga orang panitya mewakili teman yang lain, menyempatkan mengunjungi ke kediaman Bu Pujo di Jalan H. Nain no.62 Petukangan, Ciledug, Minggu, 27 Agustus 2017. Tiga orang tersebut adalah Ery, Sita dan Ayi.

“Bu Pujo memang salah seorang guru yang rencana awalnya kami undang untuk hadir, namun ternyata beliau terkena stroke, makanya hari ini kami bertiga, mewakili temen-temen yang lain menyempatkan hadir. Selain untuk menengok kami juga menyampaikan amanah panity untuk memberikan bingkisan yang sudah disiapkan,” ujar Ery yang kebetulan menjadi ketua rombongan.

Sekedar mengingatkan kembali, karena rentang waktu 30 tahun adalah bukan waktu yang sebentar. Bu Pudjo adalah guru sosiologi.  Beliau adalah salah satu guru yang dicintai murid-muridnya.

“Belakangan ini metode belajarnya makin seru.  Jadi belajarnya Cuma 30-40% sisanya cerita,” ujar Arya, yang kebetulan anaknya juga duduk di SMA N 82 Jakarta.

Meski Bu Pujo saat ini harus duduk di bangku, akan tetapi masih bisa berbicara lancer. Ingatannyapun masih cukup kuat. Sekarang beliau sudah berusia 59 tahun pada November 2017 nanti.

Hanya menurut beliau, fisiknya yang harus dilatih terus, melalui terapi terapi rutin yang dilakukan di rumah sakit.

“Syukur Alhamdulillah sampai saat ini banyak kemajuan yang dicapai,” ujar Ery, menirukan penuturan Bu Pudjo.

Rasa bahagia jelas terpancar dari raut wajahnya yang masih tampak segar saat menyaksikan kami kunjungi.

“Walau dinyatakan stroke ringan oleh dokter, namun saat kami berkunjung, beliau mempersilahkan anaknya yang juga seorang dokter untuk menerangkan tentang keadaannya. Malah Bu Pudjo masih bisa dikatakan cukup sehat. Bahkan dia menceritakan bahwa sesekali dia mencoba menimang-nimang cucu dipangkuannya. Beliau juga sudah bisa mandi dan makan sendiri walau harus ditemani,” ujar Ayi, salah seorang panitya yang ikut dalam kunjungan tersebut.

Bukti daya ingat Bu Pudjo yang kuat, meski sudah tiga puluh tahun telah lewat saat dirinya menyebut nama Asep Priatna. Dalam ingatannya, Asep adalah alumnus ’87 yang suka naik gunung.

“Gile lho, Bu Pudjo masih inget Asep. Suka naik gunung katanya, Asep kan emang anak Exispal 24KJ.  Tapi Bu Pudjo gak inget sama gue, ha ha ha tapi gak papalah, yang penting guru kita ini masih sehat, diberi umur panjang,” ucap Sita sambil terkekeh.

Sayangnya, waktu berkunjung teman-teman panitya tidak bisa berlangsung lama, karena mereka ada acara lain. Pertemuan itupun diakhiri dengan pemberian bingkisan plakat dan tanda kasih serta foto ukuran 11 R dari peserta HBH 2017 tangal 12 Agustus 2017 lalu, sebagai kenang-kenangan.

“Beliau sungguh sangat bersuka cita menerima bingkisan-bingkisan dari alumni angkatan 87 ini,” pungkas Ery.

Menyambung tali silahturahmi adalah baik. Apalagi dengan mereka yang telah memberikan kita ilmu. Guru tak pernah ada kata mantan, karena ilmu terus melekat dalam kepala kita. Sungguh kemuliaan jika kita bisa beranjangsana dengan guru-guru lain dan sesama teman di usia yang sudah setengah abad ini. (ery/82daha/2882017)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *