LIMBOTO (Kastanews.com): Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmad Gobel melakukan panen singkong di atas lahan demplot seluas dua hektare.
“Alhamdulillah berhasil. Per satu batang singkong ada yang 30 kilogram. Gorontalo bisa menjadi lumbung pangan nasional untuk Indonesia timur,” ungkap Gobel Sabtu (6/1).
Sebelumnya, pada 26 Desember 2022, Gobel menanam tiga jenis singkong di Desa Tolotio, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
Tiga jenis singkong itu merupakan varietas baru bagi petani di Gorontalo. Tiga varietas itu adalah Garuda, Cimanggu, dan Casesa. Hal ini merupakan bagian dari uji coba tiga varietas tersebut cocok atau tidak di tanah Gorontalo.
Untuk membawa bibit ini dari Lampung dan Jawa dibutuhkan biaya Rp 80 juta. Per hektare dibutuhkan 8-10 ribu stek, sehingga untuk dua hektare membutuhkan 16-20 ribu stek. Uji coba ini melibatkan PT Seruniandal Citramandiri selaku penyedia pupuk dan bibit, pakar pertanian dari Unpad Bandung Prof Dr Tualar Simarmata, Tim Kemandirian Pangan Rachmad Gobel yang dipimpin Prof Dr M Ikbal Bahua, Sofyan Abdullah dari Universitas Gorontalo, dan Pemuda Tani Indonesia.
Dalam panen kemarin, hadir pula Pejabat Gubernur Gorontalo Ismail Pakaya dan dari Masyarakat Singkong Indonesia, Helmi Hasanudin. Pada panen tersebut untuk jenis Garuda per batang ada yang 32 kg, sedangkan untuk jenis Cimanggu dan Casesa sekitar 20-25 kg per batang. Pertanian singkong ini sepenuhnya menggunakan pupuk organik jenis pembenah tanah antasena, decomposer kresna, dan biounggul.
Rachmad Gobel, Ismail Pakaya, dan Tualar Simarmata secara bersama-sama mencabut satu batang singkong. Mereka tak berhasil. Akhirnya dibantu oleh dua orang lagi, sehingga total perlu lima orang untuk bisa mencabut satu batang singkong. Akhirnya batang singkong tersebut berhasil dicabut.
Agus Mukhlison dari PT Seruniandal Citramandiri mengaku sempat khawatir panen singkong ini akan gagal.
“Maklum sedang musim Elnino yang kering dan panas. Di Lampung hanya bisa menghasilkan 2-3 kg per batang singkong, sehingga satu hektare hanya menghasilkan 80 ton. Ternyata lahan Gorontalo sangat cocok untuk bertanam singkong,” katanya.
Mukhlison mengatakan, satu hektare lahan di Gorontalo bisa menghasilkan 150-200 ton. Namun jika rata-rata 30 kg per batang, katanya, bisa menghasilkan 300 ton per hektare. Sedangkan biaya pengolahan pertanian singkong per hektare, katanya, hanya Rp 6,4 juta.
“Jadi keuntungan petani sangat besar. Silakan saja dihitung berapa pendapatannya jika harga per kilogram singkong adalah Rp 1.500,” katanya.
Karena itu, tambahnya, bertani singkong sangat menguntungkan jika dilakukan dengan pupuk yang tepat, lahan yang cocok, dan bibit yang benar.
“Penggunaan pupuk yang baik memang butuh biaya tambahan, namun keuntungannya justru berlipat. Pupuk pembenah tanah dan decomposer itu sangat penting,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Rachmad Gobel mengatakan, yang dibutuhkan sekarang adalah membangun ekosistem pertanian yang sehat dan benar, yaitu ada off taker yang pasti dan benar, ada industri pengolahan, ada lahan, ada pendanaan, dan pupuk yang tepat.
Untuk itu, ia akan mencanangkan pertanian singkong, kakao, dan komoditas pertanian lainnya yang masing-masing di atas lahan 1.000 hektare.
Singkong, menurut Gobel, selain bisa dikonsumsi langsung dalam beragam penganan yang sudah dikenal masyarakat, juga bisa menghasilkan tepung dan mocaf (modified cassava flour). Menurutnya, tepung dan mocaf lebih sehat dibandingkan dengan tepung lain.(nasihin/*)