Elang Gunung yang Kembali

Elang Gunung yang Kembali

KASTANEWS.ID, KAWAH RATU, 34 Tahun Silam: Setiap kali menyaksikan foto lama di atas, selalu saja ada aliran darah yang tiba-tiba mengalir deras.  Ada degub yang mendadak bertalu. Ada bayang-bayang semu yang seketika melintas. Namun tetiba, ada dingin yang menyeruak mengusik malam.

“Itu foto yang momen nyasar, sampe bapak gue ga ngasih lagi jadi pencinta alam gegara kita pulang malam kalau gak salah,” ungkap Muslina Noor atau yang akrab disapa Mut dalam sebuah percakapan di group Exispal 24KJ  ’87.

Pemilik kartu anggota Exispal 24KJdengan nomer EG 017 itu lah yang masih menyimpan serpihan kisah lama Elang Gunung. Lulusan SMA 24KJ yang berganti nama menjadi SMA N 82 Jakarta angkatan 1987..

Mut baru bergabung dalam group beberapa hari lalu.  Itupun butuh perjuangan ekstra untuk menemukannya dan ada ‘sedikit’ bujukan hingga dengan suka rela dan lapang hati untuk bergabung bersama sesama Anggota Exispal 24KJ Angkatan Elang Gunung.

Moment di atas tercatat di lembaran foto yang tertera itu tertanggal 27-28 Oktober 1984. Jika dihitung per tahun ini, artinya peristiwa tersebut telah berlangsung 34 tahun lalu.  Jarak waktu yang tidak sebentar.  Namun terus terasa dekat ketika kami bertemu, ketika kami membincangkan pelantikan yang nyasar di Gunung Salak. Ketika kami harus digojlok senior. Ketika beberapa di antara kami ada yang dianggap hilang namun kemudian ternyata sudah masuk sekolah keesokan harinya. Ketika Yudhi Wastu menuturkan orang tuanya selisipan di jalan tol ketika ingin menjemput ke Cidahu.

“Jadi ternyata, bokap gue tuh sempet mau jemput ke Kawah Ratu, nyusulin. Tapi sepertinya selisipan di tol waktu kita udah balik dari Gunung Salak ke Jakarta,” terang Yudhi dalam perjalanan pulang selepas mengikuti acara Cidahu Trip.

Bukan hanya Yudhi Wastu yang memiliki kisah 34 tahun lalu itu. Masih terlalu banyak serpihan kisah tersebut dari masing-masing mereka yang mengalaminya secara langsung.

Bahkan hingga hari ini, belum ada kisah resmi sebab akibat kenapa kami bisa nyasar dan terbelah menjadi beberapa kelompok.  Tapi sudahlah. Biarkan itu menjadi cerita yang terus menarik untuk kembali dikisahkan saat kami bertemu. Bukankah setiap pelaku memiliki pengalamannya sendiri-sendiri.

Seperti halnya foto di atas. Saat menyaksikan foto tersebut, Sahro spontan menyebutnya sebagai peristiwa  di Malam Jahanam.

“Itu malam gila dik, malam itu kita disiksa habis-habisan,” tulis Sahro dalam perbincangan di group w a.

Tidak semuanya bisa mengerti dan memahami, bahwa penyiksaan itu justru menguatkan mental dan fisik kami. Malam Jahanam itu sesungguhnya fisik kami sedang disiapkan untuk direndam di air kali, karena agar suhu tubuh panas, dan kemudian di air kali yang dingin, maka akan  menimbulkan kehangatan.

Justru kalau malam itu kami tidak disiksa, terutama secara fisik, mungkin pada saat direndam di kali kami akan benar-benar menggigil.  Ini terbukti di malam itu, ada dua kelompok yang setelah direndam merasa kedinginan dan satu kelompok lagi merasa hangat dan ketagihan ingin kembali berendam.

Exispal 24KJ memang telah banyak memberikan Elang Gunung pelajaran berharga. Makna berteman, makna perjuangan, makna persahabatan, makna mengatasi berbagai persoalan, serta  makna-makna lain yang sulit lagi diurai satu per satu.

Mustawan, salah seorang pemegang kartu anggota Elang Gunung bahkan terus membawa terus emblem Exispal 24KJ saat dirinya harus mengunjungi beberapa negara.  Dan diakuinya, kunjungan ke beberapa negara tersebut salah satunya juga karena pernah bergabung di Exispal 24KJ.

Endi Sopandi pernah mengungkapkan dalam sebuah kesempatan bahwa salah satu hal yang mampu membentuk dirinya hingga sampai seperti sekarang adalah Exispal 24KJ.

“Exispal itu udah ngebentuk gue seperti sekarang. Gue jadi taft menghadapi hidup,” ungkap Endi penuh semangat.

Bahkan Hendri dan Adrie, hingga hari ini masih menjadi sosok yang terus bergelut dengan dunia out door dan bersinggungan dengan alam.

Begitulah Elang Gunung. Terima kasih Mut, foto foto itu telah membangkitkan gairah untuk menorehkan kisah lalu. Semoga menjadi abadi. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *