Dukung Pembuatan Ulang Film G30S/PKI

Dukung Pembuatan Ulang Film G30S/PKI

JAKARTA, JELUKA.ID (21 September): Aktris senior Christine Hakim mendukung usulan Presiden Joko Widodo untuk membuat ulang film tentang G30S/PKI. Kendati film beserta fakta sejarahnya sempat jadi kontroversi, Christine menilai tidak ada yang salah dengan rencana produksi ulang film.

“Sekarang gini, (film) Kartini versi baru dibikin oleh Hanung Bramantyo. Dulu juga pernah dibikin oleh almarhum Syumanjaya. Jadi itu bukan sesuatu yang (aneh). Seperti misal, Eros Djarot mau bikin film tentang Sukarno, The Last Day of Sukarno.  Itu kan sah-sah saja (ada film) dari perspektif berbeda karena setiap orang punya penilaian subjektif terhadap tokoh sejarah,” kata Christine saat ditemui di Plaza Indonesia Jakarta, Selasa (19/9/2017)

“Justru, sejarah itu harus kita hidupkan. Jangan hanya jadi kepustakaan yang usang, enggak jadi sebuah pembelajaran,” imbuhnya.

Film cerita yang dimaksud adalah Pengkhianatan G-30-S PKI (1982)  karya Arifin C Noer, Nugroho Notosusanto, dan G Dwipayana. Menurut data FI, film berdurasi 4,5 jam ini menjadi film terlaris di Jakarta pada tahun 1984 dengan capaian 699 ribu penonton. Hingga era Presiden Suharto berakhir, film ini selalu menjadi agenda tahunan untuk ditayangkan ke publik.

Sebagian orang menilai film ini berisi rekayasa sejarah dan dibuat demi kepentingan politis Suharto. Film ini juga dianggap ikut melanggengkan ketakutan berlebih mengenai komunisme, PKI, dan hal-hal lain yang dilekatkan, misalnya lagu Genjer-genjer.

Christine berpendapat bahwa membuat ulang film adalah hal biasa. Contohnya soal Presiden Kennedy, yang kisahnya telah diangkat ke lusinan film oleh produser dan sutradara berbeda.

“Jadi kalau misal (film) G30S/PKI mau dibuat lagi dengan sutradara berbeda, dengan sudut pandang berbeda, itu wajar saja. Jadi kita jangan berprasangka (negatif) dulu. Nanti kita rugi sendiri karena itu membuat wawasan kita menjadi sempit,” ungkap Christine.

“Yang penting semua itu punya satu tujuan yang baik. Bukan mau mendiskreditkan siapa-siapa, tapi sejauh itu bisa dipertanggungjawabkan fakta-fakta sejarahnya.”(mov)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *