KASTANEWS.ID, TANAH KUSIR, 20 Juli 2020: Siang itu belum genap menunjukkan pukul 13.00 wib. Terik matahari masih menyinari Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Pada sekitar pukul 12.45, dua mobil ambulance jenazah memasuki pelataran TPU Tanah Kusir. Jarak menuju liang lahat dari pintu masuk TPU itu memang cukup jauh.
Mendung mulai menggayut. Iring iringan dua ambulance jenazah menuju Blok AAI Blad 164. Dua liang lahat sudah disiapkan. Beberapa pengunjung sudah ada di sekitar liang lahat. Dua buah tenda berdiri di sana. Satu tenda untuk pelayat. Satu tenda lagi memayungi dua liang lahat. Tempat terakhir di dunia dua insan yang sempat mengarungi biduk rumah tangga. Azwar Tanjung dan Cecilia Sambulare.
Hujan mulai turun saat dua ambulance itu sampai di Blok AAI Blad 164. Seolah mengiringi kepergian Azwar Tanjung dan Cecilia dengan air mata.
Upacara pemakaman tidak berhenti. Dua peti jenazah ditempatkan persis di atas liang lahat masing masing. Dua insan yang pernah hidup bersama, kini berdampingan dalam liang lahat.
Upacara pemakaman dimulai. Doa doa ditaburkan ke langit. Mengiringi peti jenazah diturunkan ke perut bumi. Isak tangis menjadi warna. Haru dan pilu menyatu. Saudara, sahabat, kawan dan kerabat tertunduk. Mengiringi peti jenazah sampai di dasar liang lahat. Nyanyian puja puji terus dilantunkan. Kisah Azwar Tanjung dan Cecilia Sambulare seolah telah berakhir.
Di saat muda, Azwar Tanjung pernah menjadi atlet lari. Bahkan dia pernah meraih medali Emas di Kejurnas Atletik 1972 di Semarang mewakili DKI Jaya. Keberhasilannya itu bahkan mengalahkan atlet lari yang saat itu sangat disegani, Sujai dari Jawa Timur.
“Pak Azwar itu senang bersilahturahmi. Kemana ada reuni, beliau selalu hadir. Selalu menyempatkan diri untuk datang,” ungkap salah seorang kawan Azwar Tanjung, sesama atlet dan guru olah raga.
Kisah lain juga dituturkan Hendra, salah seorang guru dari SMAN 82 Jakarta. Dituturkannya, sekitar bulan Juni lalu, Azwar ingin sekali bertemu dengan Pak Hamdhani, guru SMA 82.
“Itu habis dia pulang dari rumah sakit. Meskipun mereka belum sempat bertemu, tapi setelah saya kasih nomer pak Hamdani, pak Azwar sudah sempat telphone-telphonan sama pak Hamdani,” ungkap Hendra, dari samping pemakaman.
Dalam sambutan terakhirnya, Hendra juga mengungkapkan, Azwar Tanjung adalah sahabat yang baik. Meski dirinya dengan Azwar terpaut usia 10 tahun, namun kedekatan sebagai guru dan sebagai teman nyaris tidak ada jarak.
Air mata Hendra menggantung dimatanya yang sembab. Mewakili guru-guru SMAN 82 tempat Azwar Tanjung dulu mengajar bersamanya, diajaknya seluruh hadirin yang ada di situ untuk mendoakan Azwar Tanjung. Agar segala dosa diampuni dan mendapat tempat yang layak di sisiNYA.
23 Agustus nanti, Azwar Tanjung akan berusia 73 tahun. Namun hanya kurang dari 35 hari lagi, Sang Khalik memanggilnya ‘pulang’.
Perjuanganmu telah usai. Kini giliran kami yang berjuang. Pulanglah dengan tenang. Selamat Jalan.