DEPOK, jeluka.id: Tanpa ada partai Islam, umat tidak bisa memperjuangkan aspirasi di tingkat kebijakan dan cenderung merasa terdzalimi oleh pemerintah. Oleh karenanya Partai Islam harus tetap haÂdir di negara demokrasi seperti Indonesia demi membangun kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada umat Islam.
Hal demikian disampaikan Politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Djan Faridz dalam diskusi bertajuk Peran Partai Islam dalam pembangunan nasional, di gedung perpustakaan Universitas Indonesia (UI), Depok, Jumat, 6 Oktober 2017. Turut hadir sebagai pembicara pengamat politik UI Yon Machmudi dan dosen sastra Persia UI Bastian Zulyeno.
Djan Faridz juga mengatakan, di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, partai Islam menghadapi hadangan dari sisi pemerintah. Kendati begitu, ia menyebut hal itu bukan berdasarkan perintah dari Jokowi.
Menurut Djan, Presiden Jokowi justru pro umat Islam. Hanya saja kementeriannya ada yang tidak bisa menjabarkan amanat Presiden hingga menggilas partai Islam. Misalnya, kata dia, secara tidak langsung PPP telah diporakporandakan oleh menteri hukum dan hak asasi manusia.
“Sebetulnya Presiden tahu masalah ini, tapi beliau juga pusing menghadapi menteri-menterinya,†tegas Djan.
Pada kesempatan yang sama, Yon Machmudi memperkirakan partai Islam di Indonesia akan berkembang. Namun, itu dengan syarat jika mampu memunculkan gerakan-gerakan populer yang bisa mengikuti perkembangan sosiologis Islam di Indonesia.
“Yang terjadi saat ini, secara sosiologis umat Islam telah berubah. Namun, sayangnya strategi partai Islam tidak berubah. Jadi, menurut saya, partai Islam perlu memikirkan ulang dan mengubah cara pendekatannya itu. Karena sosiologis masyarakat Islam sekarang telah berkembang, bukan lagi seperti dulu,†ungkap Machmudi.
Pernyataan itu dibenarkan Djan. Diakuinya PPP masih berperilaku sebagai partai Islam tradisional yang mengandalkan kaderisasi secara turun-temurun. Ia merasa perlu mengubah strategi untuk menarik generasi muda masuk ke PPP.
“Agar mudah menarik geneÂrasi muda itu, ketua partai itu harus gaul,†ujarnya. (jlk).