YOGYAKARTA (Kastanews.com): Komisi Pemilihan Umum resmi merilis Daftar Caleg Sementara untuk Pemilu 2024. Diantara 9.919 nama calon Anggota DPR RI, terdapat nama Muhammad Nizar Kherid, caleg muda yang maju dari Partai NasDem di Dapil Daerah Istimewa Yogyakarta.
Nizar, sapaan akrabnya merupakan eks wartawan di TV Swasta Nasional. Profesi kuli tinta diembannya sejak Mei 2012 hingga Oktober 2018. Karir Nizar terbilang moncer. Di usia 26 tahun atau 4 tahun menjadi reporter, ia menjabat Kepala Biro di DIY-Jateng. Dengan posisi ini, Nizar melengkapi pengalamannya sebagai awak redaksi sekaligus pimpinan wilayah di perusahaan media.
Ditemui di kawasan Caturtunggal, Sleman, Nizar mengaku pencalonannya bukan asal maju. Ia dipersiapkan sejak lama oleh Ketua DPW NasDem DIY Subardi, yang juga Anggota DPR RI. Mbah Bardi, sapaan akrab Subardi, menilai Nizar memiliki kualifikasi menuju Senayan.
“Saya diajukan Mbah Bardi sebagai senior dan mentor saya. Tentu pertimbangannya karena dianggap mampu dan juga sebagai kaderisasi,” kata Nizar yang juga menjabat Wakil Ketua DPW Partai NasDem DIY bidang Komunikasi Publik, Senin (11/9).
Berpengalaman sebagai wartawan, Nizar mengaku pencalonannya karena terinsipirasi dengan tokoh-tokoh kemerdekaan yang berlatar belakang jurnalis. Sebut saja Abdul Moeis, Abdurrahman Baswedan, Adam Malik, Sutan Sjahrir, Mohammad Hatta, hingga Mohammad Natsir. Menurutnya, Para sesepuh bangsa itu berhasil membangun bangsa Indonesia dengan pemikiran dan pengorbanannya.
“Sjahrir menjadi pelopor gerakan sumpah pemuda. Natsir dan Hatta adalah pemikir dan penulis, sempat mendirikan kantor berita. Abdul Moeis, AR Baswedan dan Adam Malik sejak muda sudah aktif sebagai pewarta. Mereka punya idealisme yang ditempa sejak menjadi wartawan,” terang Nizar.
Nizar mengaku ingin mengikuti jejak para tokoh republik untuk terjun ke dunia politik. Itulah kenapa, selepas menjadi wartawan aktif, ia berlanjut ke dunia politik dengan menjadi Tenaga Ahli DPR sejak 2019.
“Para tokoh kemerdekaan itu berproses sebagai wartawan sebelum terjun ke dunia politik. Pemikiran mereka visioner, terlatih idealis sejak wartawan. Mereka inspirasi saya,” ucap peraih Cumlaude Magister Hukum Tata Negara Undip Semarang itu.
Selama menjadi wartawan di Yogyakarta, Nizar banyak meliput beragam potret masyarakat Yogyakarta. Secara sosiologis, tantangan di Yogyakarta adalah kesenjangan sosial. Meski demikian, ia mengapresiasi kesungguhan Pemprov dan Pemkab se-DIY dalam membangun banyak infrastruktur, termasuk pembangunan sektor pariwisata yang semakin tertata.
“Dari perspektif jurnalis, saya bisa memahami masyarakat Jogja bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah percepatan kesejahteraan,” tambahnya.
Menulis Buku
Selama di DPR, Nizar merampungkan satu buku penelitian berjudul “Evaluasi Sistem Pemilu di Indonesia 1955 – 2019 Sebuah Perspektif Pluralisme Hukum.” Hasil penelitiannya menunjukkan, Pemilu 1955 adalah Pemilu paling demokratis di Indonesia. Saat itu, peserta pemilu tidak hanya bersaing secara elektoral, tetapi juga mengemban misi moral untuk mengentaskan buta huruf sebesar 97 persen.
Dalam berbagai kesempatan, ia kerap berpesan bahwa hak pilih bukan komoditas musiman yang bisa dijual-belikan. Politik transaksional akan melahirkan wakil rakyat yang tidak berkualitas.
“Perlu kesadaran moral untuk memilih anggota DPR yang mumpuni. Saya mengajak masyarakat terutama anak muda, ayo kita bersama membangun parlemen responsif. Parlemen yang solutif untuk persoalan bangsa,” tambahnya.
Dengan gerakan ini, Nizar optimis menuai dukungan dari pemilih Gen Z dan Milenial sebanyak 1.187.300 pemilih, atau 41 persen dari total jumlah DPT sebanyak 2.870.874 se-DIY. Optimisme ini diperkuat dengan hadirnya pasangan Capres Cawapres Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar yang memiliki kedekatan kultural dengan warga Yogyakarta.
“Anies – Muhaimin menempuh pendidikan di UGM sekaligus besar sebagai aktivis mahasiswa di Jogja. Saya yakin akan banyak dukungan. Keduanya memiliki ikatan emosional dan kedekatan kultural dengan Jogja,” pungkasnya.(rls/*)