Menyatu Dalam Sosok Joko Widodo

Menyatu Dalam Sosok Joko Widodo

JAKARTA (10 Februari): Ada haru dan bangga saat menyaksikan calon presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) memasuki Istora Senayan Jakarta, Minggu (10/2). Dengan sabarnya ‘orang Solo’ itu melayani mereka yang mencintainya untuk selfi. Sambutan sedemikian mengharu biru tak ayal ada banyak pasang mata yang menitikkan air mata. Perasaan haru, bangga, senang, bercampur menjadi satu.

Alumni SMAN 82 (24KJ) memang hanya sebagian kecil dari ribuan Alumni SMA se Jakarta dari lintas angkatan yang mencapai belasan ribu itu. Namun ada catatan yang bisa menginspirasi masyarakat Indonesia mengapa walaupun sedikit, Alumni SMA 82 Jakarta tetap menunjukkan dirinya ada.

“Kami cukup sulit mengumpulkan teman-teman yang akan memilih Jokowi. Kami coba telusuri latar belakangnya. Bisa dari facebook, dari statusnya kita bisa tahu dia berpihak ke mana. Kemudian dari obrolan dengan teman juga bisa mendeteksi teman yang lain-lain berpihak ke Jokowi,” ungkap Alexander Bacem dari Alumni Angkatan 1987 yang juga Ketua Rombongan.

Lebih jauh Bacem menerangkan, dari satu dua tiga teman akhirnya dibuatlah group w a. Baru dari sana kemudian diinvited teman-teman yang sealiran memberikan dukungan untuk Jokowi.

“Kalau dihitung-hitung, jumlah 100 orang di w a groups sebenernya terhitung sedikit ya. Tapi kami tidak putus asa, terus mencari teman-teman yang pilihannya pada Jokowi. Dan sampai saat ini kami terus mencari untuk kita kumpulkan dalam satu w a group,” ujar Ery, presidium dari SMA 82 Jakarta.

Umi Widarti, Alumni SMA 82 Angkatan 89 mengaku sangat bergairah saat Alumni SMA 82 mengetahui ada sekumpulan yang mendukung Jokowi. Maka ketika dirinya di invited ke dalam group, dirinyapun banyak meng-invited teman-teman lain.

“Bagi saya, Bapak Jokowi adalah anugerah untuk Indonesia. Saya tidak membayangkan jika Presiden Indonesia bukan lagi Bapak Jokowi. Kenapa ketakutan itu ada, karena selama 4 tahun beliau menjadi presiden, ternyata banyak kekayaan alam Indonesia yang selama ini justru tidak dinikmati warga negaranya,” ungkap Umi usai mengikuti deklarasi.

Perempuan berkerudung inipun memaparkan, betapa Indonesia ini sudah salah kelola sejak lama. Coba lihat Petral, trilyunan rupiah selama bertahun-tahun kemana larinya.

“Belum lagi yang lain-lain. Laut kita selama ini dikerjain negara-negara yang lebih kecil dari Indonesia. Tapi Bapak Jokowi berhasil menyelamatkannya. Dan rasanya saya sulit menghitung satu per satu apa yang sudah dilakukan seorang Jokowi untuk bangsanya,” papar Umi.

Dari sisi yang berbeda, Sukowati, Alumni SMA 24 KJ (82) menyatakan hal yang berbeda. Buat dirinya, bisa mengikuti deklarasi secara langsung di Senayan adalah sesuatu yang luar biasa.

“Kita bisa larut, emosi kita bisa menyatu di sini. Aku bisa rasakan getaran kecintaan kaum intelektual yang selama ini banyak diam ketika mereka bersikap untuk mendukung Jokowi. Luar biasa,” ungkap Suko yang juga seorang pecinta alam.

Pendek kata, mayoritas Alumni SMA N 82 (24 KJ) Jakarta benar-benar larut dan hanyut dengan suasana yang tercipta di Istora Senayan. Darah seperti mendidih, ada amarah ketika menyaksikan presidennya dicaci, ada kesal saat Jokowi dimaki, ada semangat ketika Jokowi terus memompakan semangat. Semua menyatu, dalam diri seorang Joko Widodo. (Kastanews)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *