Selagi ramai-ramainya medsos meng-komodifikasi banjir Jakarta, ada beberapa perkembangan kasus yang tiba-tiba jadi perhatian. Banjir stop dulu sementara…
Tentu hari-hari yang berat menyandang marga Sinaga. Gitu kurang lebih obrolan mamak-mamak yang entah marganya apa ketika ngobrol dengan kawannya di kereta.
Apalagi kalo pas nama dan marganya sama. Baca di berita, katanya ada akun sosmed yang kebanjiran komentar tak sedap lantaran nama dan marganya kebetulan sama. Itu di Indonesia. Kalau di sana mungkin yang diingat bukan marga tapi negara asal. Jadi sekarang ini, mungkin berat juga menyandang kewarga negaraan Indonesia di sana.
Bukan cuma itu. Rupanya menyandang tugas mengembalikan kepercayaan atas BUMN Indonesia juga jadi gak kalah berat. Uang yang tadinya udah masuk lewat tax amnesty bisa keluar lagi karena kasus Jiwasraya. Gitu kata narsum ILC dari video youtube yang kutonton kemaren.
Di dalam negeri lebih spesifik lagi yang dikaitkannya. Dari isu orientasi s3ksual, angka LGBT, almamater, temen sekolah, sampai keberpihakkan dukungan politik orang tuanya. Jadi selalu ada upaya menjadikan ini untuk recaling hal-hal yang sempat ramai sebelumnya.
Tapi emang gitu risikonya. Ketika Radja Nainggolan yang lahir di Belgia jadi pesepakbola di klub ternama, bukan cuma marga Nainggolan dan orang batak saja yang bangga, tapi sebagian besar orang Indonesia juga bangga. Apalagi Anthony Ginting, tentu membanggakan bukan cuma untuk marga Ginting dan orang batak, tapi juga orang Cimahi tempat kelahirannya dan orang Indonesia.
Entahlah, dengan adanya sentimen tentang hutang luar negeri, tenaga kerja ilegal, penyelundupan narkoba, natuna… pastinya gak lantas bikin #stigma semua mereka adalah sama. Sama konyolnya jika satu pedagang somay kena OTT pake ikan sapu-sapu lalu semua tukang somay jadi kena getahnya… He he he…
*Tiap hari bukan cuma berita yang diproduksi, peristiwanya juga. Mosok sih tiap peristiwa cuma pengalihan isu sebelumnya!? #mendung