Oleh Gantyo Koespradono
KASTANEWS.ID: TAHUN 2022 ini dapat dipastikan bakal menjadi tahun cocok-cocokan siapa yang pantas dicalonkan menjadi presiden untuk periode 2024-2029.
Lalu, siapa yang benar-benar layak menjadi calon presiden (capres) dan kemudian terpilih sebagai presiden menggantikan Joko Widodo (Jokowi)?
Di kolom ini beberapa waktu yang lalu, saya pernah menulis bahwa siapa yang pantas diusung untuk menggantikan Jokowi adalah Jokowi sendiri.
Sebelum partai-partai politik berstrategi memikirkan dan menetapkan capres dan cawapresnya, rasanya tidak berlebihan kalau saya menegaskan ulang sebaiknya menunggu sinyal Presiden Jokowi.
Sampai saat ini Jokowi memang belum to the point menyebut — apalagi menunjuk — nama seseorang yang pantas menggantikannya.
Sebagai orang awam, saya hanya menduga tokoh yang layak menjadi capres mendatang, satu di antaranya adalah Andika Perkasa yang telah dipercaya Jokowi sebagai Panglima TNI.
Jika itu benar sinyal dari Jokowi, mantan wali kota Solo dan gubernur DKI Jakarta tersebut saat ini tinggal menunggu waktu kapan Andika pensiun pada November nanti.
Jokowi King Maker
Pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh pernah disebut-sebut sebagai “king maker” dalam pilpres dan penyusunan kabinet Jokowi.
Namun, untuk 2024, peran itu tampaknya benar-benar akan dimainkan Jokowi.
Pasalnya, tahun 2024 adalah momentum terakhir bagi Jokowi untuk berkiprah di dunia politik dan kebangsaan.
Jokowi berkepentingan negeri ini terus maju menjadi bangsa yang tangguh.
Dia tidak ingin segala sesuatu yang telah dirintis dan dibangun selama ini rusak, bahkan hancur, lantaran rakyat salah memilih presiden pada 2024. Apalagi jika presiden yang terpilih untuk menggantikannya hanya bermodalkan politik identitas.
Analis politik dari lembaga survei Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, kemarin (12/1) berpendapat bahwa Presiden Joko Widodo akan menjadi “king maker” paling kuat pada Pilpres 2024.
Burhanuddin menilai, kekuatan Jokowi sebagai king maker bahkan berpotensi melebihi politikus-politikus kawakan seperti Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto.
Alasan Burhanuddin, Megawati dinilai sudah tidak mungkin mencalonkan diri lagi sebagai presiden, sementara itu Prabowo ngotot mencalonkan diri lagi.
Tambahan dari saya terkait dengan Megawati. Sebagai pemimpin partai yang bisa mengusung capres sendirian, ibu kita ini sebenarnya juga ingin memberikan andil menjadi king maker.
Untuk itu lewat putrinya, Puan Maharani, Megawati melakukan “cek ombak” dengan memasang baliho dan spanduk Puan di pelosok negeri. Eh, siapa tahu bisa mengangkat derajat Puan sebagai capres.
Namun sayang, aksi spanduk ala “imam besar” yang kini dipenjara itu tak memberikan hasil signifikan. Elektabilitas Puan tetap jeblok.
Nah, dari dua hal ala Burhanuddin itulah yang menyebabkan posisi Jokowi cukup kuat untuk menjadi king maker pada Pilpres 2024.
Kecenderungan lain, sampai saat ini Jokowi didukung Partai Golkar, PDI-P, Gerindra, dan NasDem.
Beberapa waktu lalu, keempat partai itu berniat merevisi UU Pemilu untuk kepentingan 2024. Namun, ketika Istana menelepon petinggi partai-partai itu, semua diam.
Lalu, bagaimana dengan hasil survei sejumlah lembaga survei, termasuk Indikator, yang menghasilkan fakta ada tiga sosok “calon kuat” capres 2024: Prabowo, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan?
Jika memang Jokowi menjadi king maker, maka akan muncul dua kemungkinan. Pertama, Jokowi akan memberikan sinyal kepada salah satu dari tiga nama itu.
Bisa saja saat ia duduk bareng bersama Ganjar di dalam satu mobil ketika Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Jawa Tengah tempo hari sebagai isyarat atau sinyal: “Ini lho orang pilihanku.”
Kemungkinan kedua, Jokowi sama sekali mengabaikan elektabilitas dari lembaga survei mana pun, sebab saat ini sebenarnya ia sudah punya calon yang mampu menyelamatkan Indonesia.
Siapa? Hanya Jokowi dan Tuhan yang tahu.[]