DENPASAR, 10 September 2021 : Komoditas ikan hias menjadi salah satu primadona ekspor dari Pulau Dewata (Bali) .Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Denpasar mencatat, selama Agustus 2021, sebanyak 414.190 ekor ikan hias berhasil di ekspor ke pasar global.
Kepala BKIPM Denpasar, Anwar, Bersyukur karena dimasa pandemi para pelaku usaha masih bisa menjaga kualitas produk sehingga masih bisa melakukan ekspor keluar negeri.
“Alhamdulillah, di tengah situasi pandemi COVID-19 dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), kita tetap bisa menjaga kualitas dan mutu produk perikanan Bali hingga masih bisa ekspor,” kata Anwar, pada Kamis (9/9/2021).
Selain ikan hias, komoditas hidup yang juga berhasil menjangkau pasar ekspor diantaranya benih bandeng sebanyak 67,8 juta ekor, benih kerapu 67 ribu ekor, siput hias 40,4 ribu ekor dan udang 40,4 ribu ekor. Anwar mengungkapkan, total ekspor komoditas hidup dari Bali selama Agustus 2021 mencapai 68 juta ekor.
“Itu baru dari sisi komoditas hidup, selama Agustus kita juga ekspor komoditas non-hidup,” sambungnya.
Anwar menambahkan, komoditas non hidup yang diekspor diantaranya tuna sebanyak 966,7 ton, cumi-cumi 261,15 ton, tenggiri 165,3 ton. Selanjutnya sarden 58,75 ton dan rumbut laut sebanyak 47,4 ton. Total ekspor komoditas non-hidup selama Agustus 2021 mencapai 1.672,56 ton.
Dikatakannya, selama bulan kemerdekaan lalu, Balai KIPM melakukan 836 kali pengiriman ke luar negeri. Produk-produk tersebut pun diekspor ke 53 negara tujuan di berbagai belahan dunia. Nilai yang dihasilkan dari kegiatan ekspor pun mencapai Rp149,6 miliar.
“Tentu ini patut kita syukuri, terutama di tengah kondisi pandemi saat ini,” terangnya.
Adapun lima destinasi ekspor ke mancanegara dari Bali ialah Amerika Serikat, Taiwan, Australia, Tiongkok dan Jepang. Anwar memastikan, jajarannya akan terus bekerja secara optimal guna meningkatkan ekspor dari Pulau Dewata. Caranya dengan melakukan pendampingan kepada pelaku usaha, terutama dalam pelaksanaan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) serta mempermudah layanan hazard analysis and critical control point (HACCP) agar mutu produk mereka tetap terjaga.
“Kita terus berikan layanan prima dengan menawarkan kemudahan kepada para pelaku usaha. Bahkan kita siap jemput bola. Semoga dengan begini, ekonomi Bali bisa bangkit,” tutup Anwar. (Yudistira)