Gobel Tegaskan Para Pemimpin Harus Jadi Teladan Jaga Keagungan Peradaban

Gobel Tegaskan Para Pemimpin Harus Jadi Teladan Jaga Keagungan Peradaban

JAKARTA (Kastanews.com): Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang), Rachmad Gobel mengingatkan tentang pentingnya pendidikan budi pekerti dan keteladanan para pemimpin.

“Ketangguhan suatu bangsa ditentukan oleh seberapa kuat dan seberapa dalam akar budaya kita. Di era globalisasi dan paparan budaya antarbangsa akibat kemajuan teknologi maka pertahanan terbaik dalam menjaga kebangsaan kita adalah melalui budaya,” ungkap Gobel, Kamis (17/8).

Gobel menyampaikan itu sebagai renungan peringatan HUT ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia. Hal itu juga sekaligus menanggapi Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI dalam rangka HUT ke-78 Proklamasi Kemerdekaan RI.

Pada kesempatan itu Presiden mengatakan, “Budaya santun dan budi pekerti luhur bangsa ini tampak mulai hilang. Polusi di wilayah budaya ini sangat melukai keluhuran budi pekerti bangsa Indonesia.” Presiden juga mengatakan bahwa mayoritas masyarakat sangat kecewa dengan polusi budaya tersebut.

Gobel mengatakan, setiap peradaban memiliki akar budaya masing-masing yang tumbuh selama berabad-abad. Nilai-nilai yang berkembang dan mekar, merupakan hasil akumulasi dan adaptasi dalam menghadapi perkembangan zaman.

Situasi lingkungan, tantangan alam, intrusi dan pengaruh budaya luar, serta daya cipta dan daya kreasi para leluhur berakumulasi, berkembang, dan beradaptasi membangun tatanan nilai.

“Semua itu telah membangun identitas, keteraturan, dan sekaligus perubahan. Tidak semua budaya tetap eksis hingga kini. Tidak semua peradaban bisa bertahan. Tidak semua bangsa bisa mekar. Kita bersyukur, apa yang kita sebut sebagai peradaban Nusantara atau kemudian menjadi peradaban Indonesia, tetap hadir dan kian relevan serta makin maju. Ini harus kita jaga bersama dengan arif,” urai Gobel.

Untuk itu, Legislator NasDem dari Dapil Gorontalo itu mengingatkan tentang pentingnya pendidikan budi pekerti dan keteladanan para pemimpinnya.

“Pendidikan budi pekerti bisa melalui pewarisan nilai di dalam keluarga dan lingkungan masyarakat. Selain itu juga melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah. Kita harus mengkaji kembali kurikulum pendidikan kita, baik dari segi materi pengajaran maupun dalam praktik pendidikan. Semua harus terintegrasi antara pengisian kognisi dengan pembiasaan dan penghayatan sehari-hari,” katanya.

Namun demikian, kata Gobel, yang paling efektif dalam pendidikan budi pekerti adalah keteladanan para pemimpin.

“Mulai dari pemimpin keluarga, pemimpin lingkungan tempat tinggal, pemimpin di sekolah, pemimpin di masyarakat, hingga ke tingkat para pemimpin nasional. Jangan sampai tidak sinkron antara yang diucapkan dengan yang dipraktikkan. Ada pepatah guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Kerusakan keteladanan berakibat kerusakan yang jauh lebih besar. Karena itu ada pepatah Jawa yang menyatakan anak kepolah bapak kepradah, bapak kesulah anak kepolah. Tingkah laku anak merupakan tanggung jawab orangtua,” katanya.

Lebih lanjut Gobel mengatakan, dalam kehidupan sosial ada hukum besi tentang kesemestian perubahan. Nilai-nilai baru datang, lalu berdialektika dengan nilai-nilai lama, sehingga menghasilkan nilai-nilai yang lebih baru.

“Dalam fase perubahan itu ada fase anomali ketika nilai baru belum mapan sedangkan nilai lama mulai goyah. Di sinilah pentingnya keteladanan dan kearifan semua pihak dalam menjaga harmoni sekaligus menyongsong masa yang baru,” katanya.

Saat ini, kata Legislator NasDem itu lagi, akibat hadirnya teknologi, komunikasi antarmanusia mengalami revolusi dengan dampak yang tak terkirakan sebelumnya. Percapakan impersonal makin akrab menjadi keseharian masyarakat melalui grup-grup jejaring sosial maupun melalui kanal-kanal media sosial.

“Mereka berbagi nilai dan persepsi tentang lingkungan dan pemimpinnya. Inilah yang kemudian terinternalisasi menjadi pola pikir dan pola perilaku. Kita sebagai pemimpin harus makin bijak dalam menjadi teladan yang baik. Namun situasi impersonal itu bisa manipulatif dimakan algoritma. Di sini kita harus bijak bestari dalam mengambil keputusan. Karena itu pendidikan dan keteladanan adalah kunci,” pungkasnya. (nasihin/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *