JAKARTA (Kastanews.com)- Muhammad Farhan meminta Pemerintah Indonesia aktif membantu mencari solusi atas perang Rusia-Ukraina. Perang kedua negara itu sudah terjadi hampir satu tahun.
“Secara diplomasi, bantu Rusia mencari realisasi exit plan. Indonesia masih dihormati semua kelompok. Hal itu terbukti dari lawatan Presiden Jokowi ke Rusia dan Ukraina pada 2022. Makanya Indonesia harus bantu mencari jalan keluar. Salah satunya secara diplomasi melalui PBB,” kata Anggota Komisi I DPR RI itu di acara Crosscheck Medcom.id, Minggu (19/2).
Farhan juga meminta pemerintah menjadikan setahun perang Rusia-Ukraina sebagai faktor risiko, terutama di sektor ketahanan pangan dan energi. “Kita tahu sekarang subsidi minyak gila-gilaan. Demikian juga kita khawatir dengan pengadaan kedelai, jagung, dan gandum,” paparnya.
Farhan mafhum sumber pangan itu tidak 100% diimpor dari Ukraina dan Rusia. Namun, kondisi Laut Hitam sebagai akses distribusi pangan masih tidak menentu.
“Sekarang dibuka, tapi kondisinya sangat rapuh dan bisa ditutup kapan pun,” tandasnya.
Legislator NasDem itu juga mengatakan, sejumlah negara berusaha mencari solusi atas perang Rusia-Ukraina. Hal itu tengah digarap melalui draf Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ia mengungkapkan salah satu isi draf tersebut ialah mendorong negara anggota PBB memperkuat upaya diplomatic, supaya perdamaian di Ukraina segera terwujud dengan langkah komprehensif.
“Ukraina setahun ini bertahan dari gempuran dan masuk meja perundingan. Ini penting sekali,” paparnya.
Legislator NasDem dari Dapil Jawa Barat I (Kota Bandung dan Kota Cimahi) itu menyebut saat ini exit plan Rusia-Ukraina belum mencapai titik temu. Sebab, baru Ukraina yang menyampaikan exit plan.
“Ukraina ingin Rusia keluar dari semua wilayah Ukraina baik yang digempur dan diduduki tanpa syarat,” ujar dia.
Sementara itu, Rusia belum mengumumkan exit plan. Namun Farhan memprediksi Rusia tidak menerima exit plan Ukraina begitu saja.
“Kalau saya Rusia, saya akan mundur hanya dan jika hanya daerah yang saya kuasai tetap jadi wilayah kelompok independen antipemerintahan Ukraina,” tutur dia.
Perang Rusia-Ukraina sudah berlangsung hampir satu tahun sejak 24 Februari 2022. Perang tersebut berdampak luas bagi dunia terutama di sektor energi dan pangan.(rls/*)