Penulis: Gantyo Koespradono
KASTANEWS.ID: PADA awal saya mulai menulis seri tentang calon presiden di kolom ini, saya sudah menyebut nama Andika Perkasa sebagai sosok yang layak diperhitungkan sebagai calon RI-1.
Waktu itu Andika baru saja dilantik sebagai Panglima TNI oleh Presiden Joko Widodo. Saya bahkan menyimpulkan dipilihnya Andika menjadi Panglima TNI sebagai isyarat atau sinyal Jokowi bahwa Andika-lah yang pantas menggantikannya, meskipun soal pencapresan sepenuhnya (100%) menjadi tanggung jawab dan hak partai politik. Bukan presiden.
Lho, bukankah Andika masih menjadi Panglima TNI? Ya, benar. Tapi, setelah November 2022, Andika menjadi orang bebas karena dia sudah pensiun (purnawirawan), sehingga siapa pun, termasuk partai politik, bebas mengusulkan, mencalonkan atau mendukungnya.
Lalu, bagaimana peluang Andika? Betul, untuk sementara ini berdasarkan survei yang dilakukan sejumlah lembaga survei, dia masih kalah pamor dengan sejumlah nama yang selama ini masuk radar lembaga survei, seperti Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Fakta terbaru yang ditemukan dari hasil Survei Kepemimpinan Nasional (SKN) yang dilakukan Litbang Kompas terkait dengan Andika cukup menggembirakan.
Elektabilitas Andika Perkasa dalam bursa calon presiden (capres) 2024 sebesar 2%. Hasil itu diperoleh dari survei yang dilakukan Litbang Kompas pada 17-30 Januari 2022 melalui wawancara tatap muka terhadap 1.200 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi.
Andika menjadi pendatang baru dalam 13 besar nama capres potensial 2024 di survei Litbang Kompas. Perolehan elektabilitas sebesar 2% itu pun membuat Andika bertengger di posisi sembilan.
Untuk diketahui, elektabilitas Andika itu lebih tinggi dibandingkan dengan sejumlah nama yang sudah menghiasi bursa capres selama ini, seperti mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo hingga Ketua DPR RI Puan Maharani.
Saya menduga mendekati November 2022 dan setelah Andika purnatugas sebagai Panglima TNI, elektabilitasnya akan semakin moncer.
Saya menyimpulkan, munculnya nama Andika dalam pusaran lembaga survei karena masyarakat (yang diwakili responden) sudah realistis dalam memilih calon pemimpin untuk masa depan negeri ini.
Fakta membuktikan bangsa ini menghadapi dua masalah krusial, yaitu kebangsaan dan ekonomi.
Terkait dengan masalah bangsa, diakui atau tidak, bangsa ini tengah menghadapi rongrongan dan godaan (gangguan) yang bersumber dari dalam negeri.
Ada segerombolan manusia — mereka adalah politikus, akademisi, tokoh agama, orang-orang frustrasi dan masyarakat bodoh — yang kini terang-terangan atau terselubung ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain yang bersumberkan agama tertentu.
Apa yang pernah disampaikan Bung Karno puluhan tahun lalu bahwa “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri” terbukti sekarang.
Kita tidak bisa menutup mata dan telinga bahwa ada musuh-musuh NKRI — mereka adalah sesama anak bangsa — yang terang-terangan ingin menghancurkan bangsanya sendiri dan menihilkan ideologi Pancasila dengan Bineka Tunggal Ika-nya.
Setelah Bung Karno “lereh” (berhenti menjadi presiden), para penggantinya tidak mampu mengatasi rongrongan dari dalam negeri sendiri.
Bahkan pernah ada presiden yang justru memelihara, setidaknya mendiamkan para “penjahat” negara” itu beraksi lewat berbagai cara. Realita itu menjadikan para penjahat negara semakin liar melakukan provokasi, fitnah dan aksi terorisme.
Presiden Jokowi terlihat memang sudah bersikap tegas terhadap gerombolan pengacau dan pemberontak negara tersebut. Namun, harus diakui belum membuahkan hasil maksimal.
Para penjahat negara itu tetap bergentayangan dengan berbagai cara menanamkan pengaruh dan mengajak orang-orang yang sebenarnya tidak tahu apa-apa untuk merusak negara.
Melihat realita itu, menurut saya, sah-sah saja kalau masyarakat Indonesia, terutama yang waras, menaruh tumpuan harapan kepada calon presiden berlatar belakang militer dan pancasilais serta memiliki ketegasan. Andika memiliki representasi ini.
Secara ekstrem, izinkan saya mengatakan bahwa Andika Perkasa memiliki keperkasaan untuk melawan para penjahat dan perongrong negara yang memiliki watak pemberontak tersebut. Bukan Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, apalagi Anies Baswedan.
Masalah kedua yang dihadapi bangsa ini sebagaimana telah saya sebutkan di atas adalah ekonomi. Uang negara yang begitu banyak sudah dihabiskan untuk menyehatkan rakyat selama masa pandemi covid-19.
Sampai saat ini pandemi belum berakhir. Konsekuensinya, anggaran masih tetap difokuskan untuk penanganan kesehatan masyarakat. Dampaknya pasti ke ekonomi negara. Memulihkannya tidak mudah. Demo berjilid-jilid bukan solusi.
Tokoh yang menurut saya bisa mencari solusi di bidang ekonomi seperti yang dialami negara ini adalah Erick Thohir.
Ia sudah teruji saat negeri ini dihantam pandemi. Bahwa Indonesia bisa mendapatkan vaksin covid-19 hingga jutaan dosis, ini juga berkat kepiawaian Erick melakukan lobi-lobi dengan negara produsen vaksin bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Berlatar belakang pengusaha sukses dan ditambah dengan kepercayaan yang diberikan Presiden Jokowi sebagai Menteri BUMN, menurut saya, cukuplah bagi Erick untuk menata ekonomi bangsa ini untuk lima tahun ke depan dihitung sejak 2024.
Konkretnya, ia layak menjadi calon wakil presiden 2024 mendampingi Andika Perkasa. Sebagai wakil presiden, ia bersama timnya bisa berkonsentrasi membenahi perekonomian bangsa.
Sejak Boediono menjadi wakil presiden semasa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kita belum memiliki wakil presiden yang punya latar belakang ekonomi (bisnis).
Lho, bukankah Jusuf Kalla yang pernah menjadi wapres semasa Jokowi, juga memiliki latar belakang ekonomi atau pengusaha? Faktanya memang begitu, tapi dalam praktik, Jusuf Kalla lebih banyak bermain politik daripada membenahi ekonomi bangsa.
Persoalannya kemudian, partai apa yang berkenan mencalonkan, mendukung dan mengusung Andika Perkasa dan Erick Thohir masing-masing sebagai calon RI-1 dan RI-2?
Jika kondisi dan situasi dianggap memaksa, saya menduga PDI Perjuangan dan Partai NasDem yang sama-sama loyalis dan konsern terhadap keutuhan NKRI, akan mendukung dan mencalonkan Andika dan Erick.
Kita lihat saja nanti.[]