Andika-Ganjar dan Gerakan DI/TII Gaya Baru

Andika-Ganjar dan Gerakan DI/TII Gaya Baru

Oleh Gantyo Koespradono

KASTANEWS.ID: ANDIKA Perkasa dalam artikel saya di Kastanews, saya sebut sebagai calon presiden 2024 berdasarkan sinyal Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Benarkah seperti itu? Hanya Jokowi dan PDI Perjuangan (PDIP) yang paling tahu. PDIP adalah satu-satunya partai yang bisa mencalonkan capres tanpa harus berkoalisi dengan partai lain.

Banyak yang memberikan dukungan kepada Andika ketika tulisan tersebut tersebar di Facebook. Mereka menyatakan setuju jika Andika, seperti tulisan saya, dipasangkan dengan Ganjar Pranowo sebagai cawapres.

Namun, ada pula yang berharap dan setuju jika pasangan itu dibalik: Ganjar (capres) dan Andika (cawapres).

Prinsipnya, sebagian besar pembaca menginginkan kedua orang itu menjadi pemimpin negeri ini. Alasannya sama, Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki militansi terhadap NKRI dan ideologi Pancasila.

Kita tidak bisa menutup mata, DI/TII “gaya baru” kini sedang merongrong NKRI dan pemerintahan yang sah.

Ke depan, baik presiden maupun wakilnya harus nasionalis sejati. Syarat atau tuntutan ini ada pada Andika dan Ganjar.

Negara ini tidak bisa lagi “kecolongan” cikal bakal pemberontak masuk ke organisasi ulama padahal di organisasi itu ada Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang duduk sebagai penasihat dan sebelumnya ketua umum.

Sekali lagi, ini penting! Pasca berakhirnya pemerintahan Jokowi, negara ini tidak bisa lagi permisif terhadap koalisi cair yang berisiko NKRI hancur dan terbelah-belah.

Ganjar Pranowo di pentas perpolitikan dan survei pemilihan presiden 2024 memang terbilang baru jika dibandingkan dengan Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, atau Anies Baswedan.

Kita tidak bisa menutup mata, dalam berbagai survei, nama Ganjar memang terus moncer.

Menurut survei yang dilakukan Litbang Kompas, nama Ganjar tidak lagi berada di posisi marginal. Posisi Ganjar dalam konteks popularitas, akseptabilitas, atau elektabilitas versi lembaga-lembaga survei sudah berada pada kategori “layak ditakuti” oleh calon-calon kompetitornya.

Sebaliknya berstatus sama-sama sebagai gubernur, pamor Anies Baswedan terus menurun, bahkan mendapat penolakan.

Ia semakin jatuh setelah Densus 88 menangkap petinggi Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang diam-diam menjalin kemitraan dengan Anies. Celaka 12! Berbagai organisasi yang diprakarsai atau dipimpin petinggi MUI yang ditengerai sebagai teroris itu mendapat kucuran dana APBD DKI Jakarta.

Realita itu membuat Anies benar-benar semakin berstatus sebagai “kartu mati” dalam percaturan politik 2024. Baguslah jika ia tidak sekalian diciduk Densus 88.

Andika Perkasa kini resmi menjadi Panglima TNI. Setidaknya sampai tahun depan ia akan melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai Panglima TNI. Bukan kandidat capres. Bakal calon wapres pun tidak.

Dengan begitu sampai dengan tahun depan, namanya tidak akan terjaring dalam berbagai survei. Nama Ganjar saya perkirakan akan tetap berada di papan atas.

Setelah pensiun dari TNI dan menjadi orang sipil, besar kemungkinan nama Andika akan muncul sebagai alternatif atas nama-nama yang kini beredar.

Nah, di situlah permainan yang sesungguhnya dimulai. Kita lihat nanti Andika-Ganjar atau Ganjar-Andika.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *