JAKARTA (KASTANEWS.COM)- Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto menyambut baik rencana Amerika Serikat yang ingin bekerjasama dengan pemerintah Indonesia dalam bidang nuklir, terutama untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Menurutnya, ke depan Indonesia membutuhkan energi yang cukup besar. Bahkan jika pertumbuhan ekonomi Indonesia 6 persen saja, berarti Indonesia butuh 1,5 kali peningkatan energi.
“Hari ini Komisi VII DPR menerima delegasi dari Amerika Serikat, yang tujuan utamanya menjelaskan rencana kerja sama yang ditawarkannya kepada Indonesia, dalam bidang tenaga nuklir,” ungkap Sugeng usai menerima delegasi Amerika Serikat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (17/1).
Legislator Partai NasDem ini menjelaskan, kerja sama yang tengah dijajaki salah satunya adalah pengembangan nuklir di Kalimantan Barat dengan nilai program 9 juta dolar. Di Kalimantan Barat sudah tersedia uranium sebagai bahan baku nuklir.
Di sisi lain, Indonesia perlu energi bersih dengan telah menandatangani Paris Agreement. Bahkan Indonesia juga sudah mencanangkan net zero emission di tahun 2060 mendatang, dimana bauran energi nuklir masuk di dalamnya.
Dalam kesempatan itu, Sugeng tidak memungkiri bahwa selama ini masyarakat memandang nuklir sebagai sebuah bom yang mengerikan. Padahal dalam kenyataannya, nuklir menjadi salah satu sumber energi yang dibutuhkan seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.
Maka dari itu menurut Sugeng, pemahaman masyarakat terhadap nuklir perlu diluruskan lewat berbagai sosialisasi. Indonesia telah menggunakan nuklir sejak lama untuk keperluan medis dan pertanian.
“Bahkan kita punya pembangkit listrik Siwabessy. Namun yang ada dalam gerak masyarakat, nuklir itu selalu hal yang menakutkan, padahal ini untuk energi. Inilah yang harus disosialisasikan ke masyarakat. Dan tadi kami juga sudah tekankan bahwa pengembangan nuklir di Indonesia ini untuk hal yang positif dan damai, yakni sebagai energi terbarukan, bukan untuk pembuatan bom,” papar Sugeng.
Terkait dampak lingkungan, Sugeng menekankan agar limbah nuklir ditangani secara baik. Penanganan limbah menjadi bagian penting jika Indonesia ingin mengembangkan nuklir sebagai pembangkit energi listrik.
“Kita sudah berpengalaman punya pembangkit listrik tenaga nuklir di Siwabessy di Serpong misalnya, pembangkit Kartini yang merupakan pembangkit riset, tapi kurang lebih sama. Kita sudah belajar sejak 1960-an tentang berbagai persoalan nuklir, kita juga punya kampus dengan teknologi nuklir. Saya kira Indonesia sudah siap untuk itu semua, energi nuklir, dan energi terbarukan,” tukas Sugeng. (lrs/*)