KASTANEWS.COM: Namanya Hony Irawan. Tapi lebih banyak yang memanggilnya Kiting. Mungkin rambutnya memang keriting. Dia karibku. Meski bukan satu angkatan di kampus cinta, namun kami pernah tinggal dalam satu rumah. Namanya Doddy Housing. Sebuah rumah yang dijadikan tempat kost anak-anak kampus. Karena yang punya rumah itu namanya Doddy, maka kami menyebutnya Doddy Housing.
Sejak masih kuliah dulu, Kiting memang dikenal grapyak, ramah, murah senyum, dan relatif tidak pernah menyakiti. Kami bahkan sudah seperti keluarga.
Umumnya teman-teman karib di rumah kost itu, hampir semuanya pandai menulis. Utamanya fiksi. Di samping menulis berita, karena mereka memang banyak yang menjadi wartawan.
Agak berbeda dengan Kiting. Dia malah menjadi penyiar radio. Dari Radio CBB sampai Bens Radio. Tampangnya yang keren, dengan rambut ikalnya Kiting lebih mirip Roy Martin muda.
Persinggungannya dengan Bens Radio, sedikit banyak membuat dirinya sangat dekat dengan budaya betawi. Bahkan pemilik dan mungkin juga pengelola Bens Radio, menjadi sangat dekat dengan dirinya.
Waktu berjalan. Entah sudah berapa pekerjaan yang dia jalani. Namun yang kutahu, Kiting dan Betawi seperti tidak terpisahkan.
Jumat lalu, Yayasan Benyamin Suaeb, tempat dia mengabdi untuk budaya Betawi, bersama Pemprov Jakarta, menggelar Pesona Budaya Betawi untuk Indonesia di halaman Balaikota Jakarta.
Tanpa mengecilkan arti penting yang lain, aku sangat yakin, kontribusinya dalam hal pemikiran dan ide-ide segarnya banyak punya andil. Sejak dulu, laki-laki ini memang punya banyak gagasan. Kalau mendengar dia memaparkan gagasan, hampir bisa dipastikan akan mengangguk-angguk. Meskipun tidak selamanya mengangguk pertanda setuju. Bisa jadi karena respek karena begitu pe-de nya dengan konsep-konsep yang ada di kepalanya.
Soal Betawi, Kiting sangat total. Meski tidak seluruh waktunya. Karena dia tetap harus menjalani profesionya sebagai profesional . Namun begitu, di tengah kesibukannya keliling Indonesia, masih menyempatkan waktu untuk mengawal dan menumbuhkembangkan budaya dan seni Betawi.
Coba saja simak, coretannya yang dia tulis di kompasiana.
Untuk dapat melanjutkan pemikiran dan semangat seniman budaya Betawi Haji Alm. Benyamin Suaeb, atas dukungan berbagai pihak termasuk seniman, budayawan, pemerhati, dan pelaku seni budaya Betawi serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Yayasan Benyamin Suaeb (YBS) berdiri pada tanggal 13 November 2008.
Setelah melewati proses interaksi dengan berbagai komponen yang bergerak dalam upaya pelestarian seni budaya Betawi, sejak tahun 2015 YBS mulai memfokuskan diri bergerak dalam bidang promosi dan pemasaran seni budaya Betawi. Sejak berdirinya, berbagai kegiatan telah dilakukan, diantaranya adalah:
1. Festival Bang Ben, thn. 2012 di Monas.
2. Pentas Seni Budaya Betawi, thn. 2013 di 5 Wilayah Kota Jakarta.
3. Ngarak Penganten Sunat, thn. 2014 di 5 Wilayah Kota Jakarta.
4. Pagelaran untuk Advokasi Pengesahan Perda Pelestarian Seni Budaya Betawi, thn. 2014 di Setu Babakan.
5. Kota Cerdas dalam Kreasi Seni Budaya Betawi (Smart City), thn. 2015 di Setu Babakan & Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
6. Pentas Seni Budaya Betawi pada Peluncuran Taman Benyamin Suaeb, thn. 2018 di Taman Benyamin Suaeb Jakarta.
7. Audisi Pesona Seni Budaya Betawi untuk Indonesia di Setu Babakan, thn. 2019 di Setu Babakan.
8. Pelatihan Pesona Seni Budaya Betawi untuk Warga Negara Asing, thn. 2019 di Setu Babakan dan Studio Bens Radio
9. Pagelaran Pesona Seni Budaya Betawi dihadapan Duta Besar Negara-negara Sahabat, thn. 2019 di Balaikota DKI Jakarta.
Rangkaian Kegiatan Pesona Seni Budaya Betawi untuk Indonesia
Sepanjang tahun 2019, Yayasan Benyamin Suaeb (YBS) telah melaksanakan berbagai rangkaian kegiatan promosi seni budaya betawi yang memiliki tema besar Pesona Seni Budaya Betawi Untuk Indonesia. Beberapa rangkaian Acara Pesona Seni Budaya Betawi Untuk Indonesia, yaitu:
Audisi Pesona Seni Budaya Betawi untuk Indonesia
Kegiatan Audisi Pesona Seni Budaya Betawi Untuk Indonesia sukses diselenggarakan pada tanggal 7 April 2019 di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jakarta. Audisi ini diikuti oleh berbagai peserta dari sanggar yang tersebar di Jakarta dan mengikuti cabang kompetisi, seperti Lenong, Tari Kreasi Betawi, Tanjidor, Palang Pintu, dan Gambang Kromong. Tujuan dari penyelenggaraan Audisi Pesona Seni Budaya Betawi Untuk Indonesia adalah selain untuk menginventarisir sanggar-sanggar seni budaya Betawi yang ada, juga untuk mensinergikan kembali upaya promosi dan pemasaran dengan berbagai lembaga terkait, serta seleksi untuk pelaku seni budaya Betawi unggulan yang layak untuk ditampilkan dalam berbagai pertunjukan baik ditingkat lokal maupun internasional.
Pelatihan Pesona Seni Budaya Betawi untuk Warga Negara Asing
Lewat pendekatan Marketing by Experiences peserta yang terdiri dari warga negara asing dapat merasakan sendiri keterampilan menguasai seni budaya Betawi, sehingga dapat berbagi cerita dan pengalamannya pada kawan-kawan di negaranya. Dengan proses pelatihan yang dipertontonkan dihadapan publik, selain memberi kesan bagi warga negara asing yang ikut serta juga berdampak promotif bagi masyarakat yang menyaksikan. Kegiatan pelatihan singkat yang diikuti oleh warga negara asing (WNA) ini, sudah dilaksanakan rutin satu minggu sekali di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan selama kurun waktu tiga bulan (Juli-September 2019).
Pagelaran Pesona Seni Budaya Betawi dihadapan Duta Besar Negara Sahabat
Pagelaran Pesona Seni Budaya Betawi yang merupakan acara puncak dari Pesona Seni Budaya Betawi Untuk Indonesia ini, menampilkan pertunjukan seni budaya Betawi dari pelaku seni budaya Betawi pilihan. Pilihan tersebut didasari dari kegiatan audisi dan pelatihan seni budaya Betawi oleh warga negara asing (WNA). Di hadapan langsung duta besar negara sahabat serta para tamu undangan, peserta akan menyuguhkan penampilan-penampilan yang spektakuler dan menarik perhatian.
Tentang Seni Budaya Betawi
Keberadaan pelaku seni budaya Betawi kian tergerus, hal ini dapat dilihat dari semakin berkurangnya jumlah sanggar seni budaya Betawi. Kemudian lewat Peraturan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus ibukota Jakarta No. 4 tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi, dimana pada pasal 14 disebutkan bahwa Dalam rangka meningkatkan apresiasi kegiatan kesenian Betawi, Pemerintah Daerah dan atau masyarakat melaksanakan :
1. Lomba kesenian Betawi yang diselenggarakan secara periodik dan berjenjang;
2. Pergelaran kesenian Betawi pada acara tertentu;
3. Kegiatan lain yang berfungsi sebagai sarana dan media apresiasi kesenian Betawi ; dan
4. Memberikan penghargaan dan jaminan social kepada seniman.
Kini, melalui kerjasama dengan berbagai pihak dengan berlandaskan idealisme serta visi yang sama untuk kelangsungan (pelestarian) dan pengembangan seni budaya Betawi diharapkan membuka peluang seluas-luasnya untuk pelaku seni budaya Betawi tampil dalam berbagai kesempatan baik di dalam maupun di luar negeri.
Itulah Kiting, Si Hony Irawan yang terus bergerak untuk seni dan budaya di kampung Pitung. Betawi Is Me.(*)