JAKARTA (Kastanews.com)- Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Muhammad Farhan menilai pidato Surya Paloh di Universitas Brawijaya menekankan kembali politik kebangsaan sebagai sejarah dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Surya mengajak para anak bangsa kembali mengingat politik kebangsaan sebagai gagasan yang berasal dari para pendiri bangsa Indonesia.
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh berpidato dengan tema Meneguhkan Politik Kebangsaan. Pidato tersebut saat Surya menerima gelar Doktor Honoris Causa (HC) bidang sosiologi politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) Malang, Jawa Timur.
“Politik Kebangsaan Indonesia selalu mengalami berbagai ujian dalam momen-momen politik yang masif di Indonesia. Walaupun sejauh ini politik kebangsaan di Indonesia tetap eksis dan bertahan terhadap tantangan zaman,” ungkap Farhan di Jakarta, Senin (25/7).
Farhan menuturkan sebagaimana yang diketahui politik kebangsaan menjadi kunci penting perekat bangsa Indonesia. Dalam masa dua kali Pemilu pada 2014 dan 2019 serta Pilkada DKI 2017, politik identitas yang muncul telah mengoyak kekuatan politik kebangsaan.
“Kita merasakan betul bagaimana politik identitas mulai mencabik-cabik politik kebangsaan, dengan mengedepankan identitas Agama, Suku dan Golongan,” jelasnya.
Oleh karena itu, menurut Farhan, Surya Paloh mengajak semua elemen untuk kembali memperkuat gagasan politik kebangsaan sebagai modal utama menghindarkan politik identitas yang hanya bertujuan jangka pendek dengan orientasi kekuasaan belaka.
“Menurut saya apa yang disampaikan di pidato beliau, adalah ajakan bagi kita semua untuk tidak meng-klaim pengejawantahan tunggal identitas bangsa dan memagari kelompok kita dari kelompok atau orang yang berbeda, sehingga dengan mudah kita menyebut mereka yang berbeda itu bukan Pancasila,” tutur Farhan.
Legislator dari Dapil Jawa Barat I (Kota Bandung dan Kota Cimahi) itu juga menjelaskan bahwa Surya Paloh ingin mengajak seluruh bangsa untuk kembali menjadikan Pancasila sebagai prinsip tunggal dalam berbangsa dan bernegara.
“Sehingga kalau kita bertemu sesama anak bangsa kita dahulukan persamaan di antara kita, bukan fokus pada perbedaan,” ungkapnya. (rls/red)