Oleh Gantyo Koespradono
KASTANEWS.ID: JADWAL tahapan Pemilu Serentak 2024 sudah disetujui DPR dan Pemerintah. Pencoblosan Pemilu 2024 sudah ditetapkan 14 Februari 2024.
Namun, gaung pemilu presiden (pilpres) hari-hari ini sudah ramai. Bahkan semakin riuh rendah.
Semua tokoh yang GR merasa pantas jadi presiden — juga para pendukungnya — mulai sering tampil di publik dan dikapitalisasi di media sosial (medsos).
Maklum, medsos gratisan. Di sana mereka nampang berfoto, bervideo atau berkata-kata sesuka hati. Syukur-syukur media arus utama latah mengutip dan ikut menyebarluaskannya.
Ada sejumlah nama yang belakangan ini tampil ke tengah publik dan secara terselubung menyampaikan pesan: “Inilah aku, calon presiden 2024.”
Mereka diam-diam berharap, eh siapa tahu, semangat nyapres-nya memikat partai politik lalu nyantol dan digadang-gadang menjadi capres.
Dari sekian banyak nama, hanya Novel Bamukmin yang konsisten menjual dirinya sebagai cawapres.
Tanpa saya duga, sebulan lalu ia menanggapi cuitan saya di Twitter soal kontestasi pilpres yang saya posting tahun 2019. Intinya ia siap maju sebagai cawapres 2024.
Uji Materi Pilpres ke MK
Mereka ramai-ramai menyapreskan diri, mungkin juga dilatarbelakangi fakta bahwa belakangan ini banyak eleman masyarakat yang mengajukan permohonan uji materiil aturan mengenai ambang batas pencalonan presiden ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Belum lama berselang, Ikhwan Masyur Situmeang yang berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) menguji Pasal 222 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 (UU Pemilu) ke MK.
Ia menilai pasal itu membatasi jumlah calon presiden yang maju dalam Pemilu 2024.
Pasal 222 UU Pemilu berbunyi: “Pasangan calon diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.
Pasal itu oleh Gatot Nurmantyo yang juga berambisi menjadi capres dianggap merugikan dirinya.
Intinya, mereka yang ramai-ramai ingin nyapres berharap MK mengabulkan gugatan-gugatan tersebut, sehingga ketentuan presidential threshold, tidak lagi 20%, tapi 0%.
Nah, kalau MK menyetujui presidential threshold 0%, maka Gatot Nurmantyo pasti bersorak-sorak gembira.
Layakkah ia menyapreskan diri? Bagi pembaca yang halu dengan PKI, Gatot pasti dinilai paling pantas menjadi capres sebab Gatot memang spesialis dalam membangkitkan PKI dari kuburnya selama bulan September.
Siapa tahu ia bisa mengulang dan mengcopy-paste kesuksesan Soeharto yang akhirnya menjadi presiden selama 32 tahun yang diawali dengan pemberontakan G-30-S/PKI pada 1965.
“Tokoh” lain yang juga merindukan bisa nyapres adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Partai yang dipimpinnya juga minta syarat untuk nyapres 2024 nanti 0%. Padahal saat bapaknya menjadi presiden, Demokrat-lah yang usul agar syarat nyapres 20%.
Kita maklum jika AHY memantas-mantaskan diri menjadi presiden sebab atas ambisi orangtuanya, AHY sudah habis-habisan berjuang duduk di kursi pemerintahan. Gagal jadi tentara dan gubernur, kini berjuang sukses menjadi presiden.
Nggak masuk akal? Lebay? Seperti dia, saya, Anda, Pak RT kita juga boleh kok bermimpi menjadi presiden.
Tapi, nggak perlu berjalan kaki mengenakan rompi yang di dalamnya seolah-olah ada sesuatu mirip ransel “pengantin” yang siap meledakkan diri. Gagah, kok, dia.
Dari sekian banyak “tokoh” yang benar-benar PD (percaya diri) layak menjadi RI-1 adalah Anies Baswedan yang mengklaim sukses memimpin DKI Jakarta dan membuat warganya bahagia lahir dan batin.
Saya percaya dalam tempo sesingkat-singkatnya sirkuit Formula E di kawasan Ancol pasti akan terwujud sehingga sebelum Lebaran kita sudah bisa melihat balapan mobil ala Formula E.
Elektabilitasnya (hasil survei dari sejumlah lembaga survei) juga selalu berada di tiga besar setelah Prabowo dan Ganjar Pranowo.
Maka jangan heran kalau dalam upayanya meraih posisi pertama, belakangan ini ia sering ke daerah memperkenalkan diri lewat berbagai hajatan.
Lalu partai apa yang kelak mencalonkan atau setidaknya mendukung Anies sebagai capres?
Dapat dipastikan PKS pasti akan mendukungnya. Pasalnya partai inilah yang ikut mengantarkan Anies menjadi DKI-1, menumbangkan Ahok dengan sandiwara ayat dan mayat.
Lalu model rakyat seperti apa yang bakal memilihnya? Saya tetap yakin massa dari Monas University yang setiap tahun reunian-lah yang akan mencoblosnya.
Masih banyak “tokoh” lain yang juga bakal ikut nyapres yang belum saya tulis di catatan ini. Lain kali saja saya sambung sebab tulisan ini sudah lumayan panjang.[]