KASTANEWS.ID,JAKARTA, 17 Januari 2022: Hari hari belakangan ini, suasana hati anggota kelas kami (III A3-1.) diselimuti rasa bangga dan bahagia. Penyebabnya boleh jadi hal yang biasa saja. Tetapi juga bisa menjadi hal yang cukup luar biasa. Tapi bagi kami, kabar itu jelas membahagiakan.
Pertama, anak dari anggota kelas kami, telah diterima bekerja di kawasan Cilegon, Jawa Barat. Ini tentu menggembirakan. Karena dengan begitu sang anak bisa meringankan beban orang tua. Atau setidaknya, tahapan perjalanan hidup sang anak sudah menapaki satu langkah lebih maju.
Kegembiraan ini tentu juga bisa kami rasakan kebahagiaan orang tuanya, yang juga sahabat anggota kelas kami. Hal itu terungkap dalam perbincangannya dengan ketua kelas ‘abadi’ kami, yang sedang berada di Cilegon untuk mencarikan tempat kost.
“Alhamdulillah semua sudah terkendali. Sekarang lagi nemenin anak nyari tempat kost. Terima kasih temen-temen yang udah kasih suport,” ungkapnya melalui handphone dari seberang sana.
Kabar bahagia ke dua datang dari anak sahabat kami yang telah ‘pergi’ meninggalkan kami pada 25 Januari 2020 lalu. Agus Salim. Dia punya dua anak. Yusrin dan Dinar. Keduanya memang perempuan.
Bulan ini, Yusrin telah diwisuda menjadi Sarjana S1 dari Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Sebuah kebahagiaan sekaligus kebanggaan. Satu tahun lebih ditinggal pergi papanya, Yusrin tetap mempertahankan semangatnya untuk menuntaskan pendidikannya.
“Hai Yusrin, bahagia ya kamu Nak, bisa lulus dari kuliah mu, ingat Papamu yang selalu berjuang buat kamu semasa dia hidup, gapai cita citamu Nak supaya dia bangga dan senang melihatnya,” ungkap Ketua Kelas ‘Abadi’ kami, Ery Belseran.
Ungkapan Ery mewakili suara hati seluruh anggota kelas kami. Ada tanggungjawab kolektif yang muncul di kelas kami, saat papanya Yusrin pergi untuk selamanya. Maka saat mendengar kabar Yusrin berhasil di wisuda, bahagianya juga menjadi bahagia kami.
Kabar ketiga yang bisa membuat kami bahagia dan bangga adalah diterimanya Dinar di SMKN 43 Jakarta. Harus kami akui, Dinar agak special bagi kami. Semasa dia masih duduk di bangku SMP, Dinar adalah anak yang paling sering ikut papanya dalam tiap kami mengadakan pertemuan. Mulai acara buka puasa bersama hingga sekedar temu kangen.
Tidak berhenti sampai di situ. Sepeninggal Agus, Dinar menjadi anak asuh kelas kami. Tanggungjawab biaya pendidikan Dinar, menjadi tanggungjawab kami. Seluruh anggota kelas. Tidak ada ukuran besaran rupiah yang harus diberikan. Yang penting ikhlas. Dan alhamdulillah, sejak gagasan itu muncul dan diputuskan, saldonya cukup lumayan.
Maka, ketika Dinar berhasil masuk SMKN, bahagianya tentu menjadi bahagia kami juga.
“Hanya punya harapan aja, semoga Dinar tetep semangat. Tetep rajin untuk meraih cita cita,” ujar Endang Yulia atau yang akrab disapa Eyang Uti, yang kami percaya menjadi perantara kami dengan Dinar.
Bersatu, solid, saling mengerti, mau mengalah, memiliki kesadaran kepentingan bersama lebih penting dari kepentingan pribadi, menjadi kunci kelas kami tetap terjaga kekompakannya. Semoga kami bisa menjaga ‘kekayaan’ ini hingga kami ‘pergi’ satu per satu kelak. (*)