GORONTALO (Kastanews.com): Wakil Ketua DPR Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) yang juga Ketua DPW Partai NasDem Gorontalo, Rachmad Gobel menegaskan Provinsi Gorontalo tetap menjadi provinsi termiskin kelima di Indonesia sejak provinsi ini berdiri pada 2000 hingga kini. Padahal, kata Gobel, tanahnya subur dan lautnya kaya. Selain itu, nilai APBD dan dana APBN untuk Gorontalo pun terus meningkat dari tahun ke tahun.
“Ini akibat salah urus dalam 10 tahun terakhir ini,” ungkap Gobel di Desa Molohu, Kecamatan Tolangohula, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Kamis (25/1).
Pertemuan Gobel dengan masyarakat Desa Molohu dihadiri ribuan massa dan para caleg Partai NasDem. Mereka adalah caleg untuk DPRD Kabupaten Gorontalo dan caleg untuk DPRD Provinsi Gorontalo. Sedangkan caleg untuk DPR RI, selain Gobel, hadir Rustam Akili dan Winarni Monoarfa. Hadir pula Ketua DPD Partai NasDem Kabupaten Gorontalo, Roman Nasaru. Saat Gobel menyampaikan kalimat “salah urus”, massa berteriak histeris.
Dalam kesempatan itu Gobel mengatakan, salah urus tersebut ia contohkan pada anggaran pengembangan pariwisata yang justru lebih banyak untuk jalan-jalan studi banding dan promosi yang tak banyak memberikan hasil.
Mestinya, ujar Gobel, pertama-tama adalah membangun wahana pariwisata dulu. Hal itu sudah ia buktikan di Pantai Tamendao dan Danau Perintis. Kawasan Tamendao yang semula kumuh kini justru menjadi tempat kongkow paling hectic di Gorontalo. Kafe-kafe tumbuh menjamur. Begitu pula dengan Danau Perintis yang semula sepi, kini ramai menjadi kawasan wisata keluarga dan menumbuhkan lapak-lapak UMKM.
Jika Pantai Tamendao dibangun dengan menggunakan dana aspirasi sebagai anggota DPR RI melalui program Kotaku, maka penataan Danau Perintis menggunakan dana pribadi, salah satunya dengan menghadirkan kapal dari tembaga.
“Jadi harus ada konsep dulu. Ada visi dan imajinasi. Ada cita rasa. Jadi bukan menciptakan proyek,” katanya.
Contoh lain yang dikemukakan Gobel adalah masalah pemihakan dalam penggunaan APBD.
“Tidak ada pemihakan terhadap petani dan pertanian. Tidak ada pemihakan terhadap nelayan dan perikanan,” tegasnya.
Massa berteriak bergemuruh mendukung pernyataan Gobel. Jumlah petani dan nelayan di Gorontalo adalah yang terbesar dibandingkan dengan profesi lain di Gorontalo. Sehingga jika kesejahteraan petani dan nelayan teratasi maka masalah kemiskinan akan bisa diatasi. Bahkan berdasarkan data, lebih dari 50 persen penduduk miskin adalah berprofesi sebagai petani dan nelayan.
Sebagai anggota DPR RI, kata Gobel, ia sudah melakukan uji coba pertanian padi, jagung, singkong, dan nanas. Untuk padi dan jagung, katanya, hasil panennya meningkat dua kali lipat. Sedangkan untuk tanaman singkong naik hingga 10 kali lipat.
“Satu batang singkong bisa menghasilkan 30 kg. Dalam satu hektar bisa ditanam 10 ribu batang singkong. Sehingga dalam satu hektar bisa menghasilkan 300 ton singkong. Jika harga per kilogramnya Rp 1.500,00 maka dalam satu hektar bisa menghasilkan Rp 450 juta. Sedangkan biaya produksinya sekitar Rp 25 juta. Jadi ini sangat menguntungkan bagi petani,” urainya.
Gobel juga menambahkan, pemerintah daerah harus melakukan pemihakan terhadap petani dan nelayan.
“Selain menganggarkan APBD yang cukup, juga untuk membangun ekosistemnya,” ujar Gobel.
Saat musim tanam petani selalu dihadapkan pada kelangkaan pupuk dan bibit serta harga pupuk dan bibit yang mahal. Sedangkan saat musim panen, justru harganya jatuh.
“Di sini pentingnya membangun ekosistem,” katanya.
Untuk itu, ia akan membangun Kawasan Ekonomi Khusus Pangan dan menjadikan Gorontalo sebagai lumbung pangan untuk kawasan timur Indonesia.
“Selain memberikan jaminan keterserapan produksi pertanian, kawasan tersebut juga akan menyerap tenaga kerja hingga 100 ribu orang dari hulu hingga hilir karena ada industri pangan yang tumbuh. Masa depan generasi muda menjadi terjamin,” katanya.
Selain itu, Gobel mengingatkan tentang pentingnya membangun sumberdaya manusia melalui pendidikan, kesehatan, dan keteladanan.
Setelah melakukan kampanye, Gobel melakukan silaturahim ke Pondok Pesantren Sirojuth Tolibin Dar El Qurro’ Wal Khuffadz, di dekat lokasi kampanye. Pondok pesantren yang baru berdiri sekitar tiga tahun ini sedang terus melakukan pembangunan fisik. Gobel berbincang-bincang dengan pimpinan pondok dan para ustadz.(nasihin/*)