JAKARTA (Kastanews.com): Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Muhammad Farhan menduga ada pihak yang dengan sengaja memelihara konflik Palestina-Israel.
“Yang terjadi di Palestina ini adalah sebuah perang. Kita harus menyikapinya sebagai perang. Perang ini tidak mengenal peri kemanusiaan, sudah pasti,” kata Farhan dalam Forum Diskusi Denpasar 12 dengan tema ‘Dampak Global Perang Hamas-Israel’, Rabu (18/10).
Farhan menegaskan, isu Palestina-Israel merupakan konflik panjang, termasuk perebutan hak atas tanah.
“Jangan-jangan konflik Palestina-Israel tidak mau diselesaikan. Kalimat yang jauh lebih manusiawi daripada, konflik ini secara sengaja tidak boleh diselesaikan untuk alasan apapun. Alasan religius, politik, kebudayaan atau bisnis mungkin? Alasan apapun itu, konflik ini sepertinya dipelihara,” tegasnya.
Legislator NasDem itu menilai, aksi fisik dari kedua belah pihak tidak dapat dibenarkan. Hamas yang menyerang warga sipil tidak bisa dianggap benar. Demikian juga serangan bom Israel yang menghantam rumah sakit di Palestina, patut untuk dikutuk.
“Tetapi apabila kita saling menghitung retaliasi demi retaliasi, maka kita tidak akan bisa menemukan solusi,” imbuhnya.
Wakil rakyat dari dapil Jawa Barat I (Kota Bandung dan Kota Cimahi) itu menduga ada pihak-pihak yang sengaja memelihara konflik di Palestina-Israel. Ia menyinggung Amerika Serikat sebagai pemberi bantuan luar negeri terbesar.
Pada 2021, Amerika Serikat merupakan negara dengan jumlah sumbangan ke luar negeri terbesar, yakni US$61 miliar. Bantuan terbesar diberikan kepada Israel.
“Bantuan-bantuan ini kan patut kita pertanyakan. Ini bantuan kemanusiaan atau bantuan militer? Itu kan jadi persepsi yang terbangun,” imbuhnya.
Lebih lanjut Farhan mendorong agar penanganan konflik Palestina-Israel mencontoh Korea Selatan-Korea Utara atau Taiwan-China. “Korea Selatan-Korea Utara sampai hari ini statusnya masih perang. Tapi kita lebih adem melihatnya karena tidak ada pembunuhan, penyerangan, tidak ada pengerahan pasukan,” imbuhnya.
“Mengapa Palestina Israel tidak bisa seperti itu? Mungkin koeksistensi Palestina-Israel harus kita arahkan seperti koeksistensi Korea Selatan-Korea Utara atau Taiwan-China,” tukasnya.(dis/*)