Wiranto Kenang Rugaiya soal Perkawinan Emas dan “Pakaian”

Wiranto Kenang Rugaiya soal Perkawinan Emas dan “Pakaian”

JAKARTA (KASTANEWS.COM)- Jenderal (Purn) TNI Wiranto berduka setelah istri tercintanya, Rugaiya Usman meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat pada Minggu (16/11/2025) sekitar pukul 15.55 WIB.

Kepergian Rugaiya bukan hanya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, tetapi juga menutup perjalanan panjang cinta yang mereka rawat selama 50 tahun.

Di hadapan peti jenazah istrinya, Wiranto yang menjabat Penasihat Khusus Presiden Bidang Politik dan Keamanan itu mengenang kembali perjalanan hidup yang telah mereka lalui bersama.

Hanya sehari sebelumnya, keduanya merayakan ulang tahun perkawinan emas.  “Baru kemarin kami merayakan 50 tahun perkawinan,” tutur mantan Panglima ABRI itu dengan suara bergetar.

Sebagai suami, ia mengharapkan bisa melewati masa tua bersama sang istri. Namun takdir berkata lain. Setelah melalui perawatan intensif, Rugaiya dipanggil pulang menghadap Allah SWT.

Meski berat, Wiranto menyampaikan bahwa ia hanya dapat berserah. “Kehendak Illahi tidak bisa kita tolak,” ucapnya di rumah duka Bambu Apus, Jakarta Timur.

Kisah cinta keduanya bermula ketika Rugaiya masih duduk di bangku SMA, berusia 15 tahun. Ia aktif mengikuti berbagai kegiatan hingga ajang pemilihan ratu. Di situlah takdir mempertemukan mereka Wiranto hadir sebagai juri menggantikan temannya, dan sejak itu percakapan-percakapan kecil tumbuh menjadi hubungan yang lebih dekat.

Saat Rugaiya lulus SMA, ia ingin melanjutkan kuliah namun tak memiliki biaya. Ada pihak yang ingin membantu, tetapi ia takut terikat utang budi.

Hingga akhirnya, ia menerima lamaran Wiranto dengan satu permintaan yaitu ia ingin tetap bisa menempuh pendidikan. Wiranto memenuhi janji itu.

Ketika suaminya bertugas di Jawa, Rugaiya berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Jember. Perjalanan rumah tangga mereka tidak pernah jauh dari kebersamaan.

Rugaiya selalu mendampingi Wiranto bertugas sebagai perwira, bahkan hingga menjabat Panglima ABRI. Ia pernah berkata bahwa sang suami menyebutnya sebagai “pakaian” penjaga, pelindung, dan bagian penting yang memberikan kehormatan. Kalimat itu menggambarkan betapa kuatnya ikatan mereka.(rah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *