JAKARTA (Kastanews.com)- Film adalah instrumen komunikasi penyampai pesan yang paling efektif. Tidak hanya sebagai instrumen hiburan, film juga menyampaikan sebuah pesan yang dapat mempengaruhi way of life (jalan hidup) dan way of thinking (jalan pikiran).
“Kalau dalam perspektif politik atau dalam perspektif strukturalis, film selalu mengirim sebuah narasi yang kemudian dikatakan sebagai soft power approch atau bisa dikatakan instrumen hegemoni,” kata Wakil Ketua Fraksi Partai NasDem DPR, Willy Aditya dalam diskusi yang diselenggarakan DPP Partai NasDem dengan tema ‘Apresiasi Film Patriotik Nasional’, secara daring, Rabu (5/10).
Willy mencontohkan bagaimana sebuah negara mamanfaatkan film untuk kepentingannya. Seperti Amerika, India, China, dan yang terbaru adalah Korea Selatan.
“Amerika selalu membangun dua hal dalam pesan-pesan di film hollywood. Yang pertama adalah patriotisme yang kongkrit. Yang Kedua, Amerika sebagai negara demokrasi membangun negara hukum dan kepercayaan kepada hukumnya,” tandasnya.
Lebih lanjut Wakil Ketua Badan Legislasi DPR ini mengatakan, di Indonesia memang sudah cukup banyak film bergenre patriotik. Namun menurutnya, narasi yang dibangun hanya sebatas patriotik yang lekat dengat militer dan perang.
“Ada beberapa film kita, Naga Bonar, Cokro, Soekarno, Sang Pencerah, Sultan Agung, Cut Nyak Dien. Tapi tidak selalu harus di ekspresikan kepada kepahlawanan, narasi kita adalah partriotisme itu harus lebih kaya,” imbuhnya.
Untuk itu, Willy mengajak seluruh sineas Indonesia terus berkolaborasi dan memanfaatkan data untuk mengembangkan narasi film patriotik. Ia pun mencontohkan, patriotik dalam hal membela negara di ajang olahraga dan sebagainya.
“Spektrumnya harus lebih luas untuk membangun patriotisme. Narasi kita tidak hanya selalu dengan perjuangan perang. Kita banyak sekali narasi, tinggal bagaimana kita bisa berkolaborasi,” tukas Willy.(dis/*)