JAKARTA (Kastanews.com)- Grup band D’Masiv merayakan ulang tahun ke-22 dengan cara unik, yakni membeli nama Halte Petukangan Jakarta, yang kini resmi menjadi Halte Petukangan D’Masiv.
Langkah ini didukung oleh PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) sebagai bagian dari upaya menjadikan transportasi publik sebagai gaya hidup.
Menurut Direktur Utama PT TransJakarta Welfizon Yuza, pihaknya terbuka untuk bekerja sama dengan musisi maupun pelaku seni lainnya.
Ia bahkan memprediksi bahwa langkah D’Masiv ini bisa diikuti oleh artis lain di masa depan.
“Jadi bagi kami di Tj kita membangun platform disupport oleh Pemprov dan bisa berkolaborasi dengan Pemprov. Hari ini sebagai bentuk publik transport ini arah kita ke depan dijadikan sebagai lifestyle. Kami menggandeng salah satu band dan musisi terkenal di Indonesia, D’Masiv,” kata Welfizon di Kawasan Ciledug, Jakarta Selatan.
“Kita terbuka. Ini yang pertama dan dengan momen hari ini kami berharap tidak hanya musisi ke depannya, tapi juga bisa bekerja sama dengan yang lain,” sambungnya.
Namun, ketika ditanya mengenai harga pembelian nama halte tersebut, vokalis D’Masiv, Rian Ekky Pradipta enggan mengungkapkan nominalnya. Ia hanya menyebut bahwa harganya spesial.
“Pokoknya spesial,” jelas Rian.
Sementara Welfizon menambahkan bahwa itu adalah transaksi bisnis antara kedua pihak. “Biayanya biar kami berdua yang tahu. Itu transaksi bisnis antara kami,” tambah Welfizon.
Selain merayakan ulang tahun, band yang terkenal lewat lagu Cinta Ini Membunuhku itu memilih Halte Petukangan karena kawasan tersebut memiliki nilai sejarah bagi perjalanan mereka.
Rian mengungkapkan bahwa Jalan Ciledug Raya adalah tempat mereka berjuang sejak awal. Termasuk sering berlatih di berbagai studio musik di Petukangan.
“Buat D’Masiv Jalan Ciledug Raya itu punya cerita nggak akan kita bisa lupain karena kita dulu berjuang dari minus itu di jalan ini. Jadi kalau dulu tuh ada beberapa studio di jalan Ciledug Raya pasti kita udah pernah latihan di situ. Tapi memang yang paling sering kita latihan di studio di Petukangan,” papar Rian.
“Kalau melihat jalan di depan itu, kita selalu kembali ke masa-masa kita berjuang. Makanya, kita tidak pernah malu kita itu Ciledug Pride,” tutup Rian.(rah)