JAKARTA (Kastanews.com): Bagi Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang), Rachmad Gobel, ketika pertama kali menuntut ilmu di Negeri Sakura Jepang pada 1982, ia bukan hanya belajar untuk mendapatkan ilmu, tapi juga mendapat pengalaman, belajar bahasa, adat istiadat, dan budaya Jepang.
“Dengan mengenal bahasa dan budaya Jepang saya merasakan dapat berkomunikasi dan mengenal secara dekat budaya Jepang serta tradisinya,” ujar Gobel dalam wawancara khusus dengan koresponden dan kepala biro surat kabar Jepang, The Yomiuri Shimbun, Daisuke Kawakami di Jakarta, akhir pekan lalu.
Yomiuri Shimbun adalah surat kabar nasional terbesar Jepang yang terbit dua kali sehari, edisi pagi dan edisi sore, beroplah di atas delapan juta eksemplar, menjadikannya sebagai harian beroplah terbesar di Jepang sekaligus terbesar di dunia.
Dalam wawancara khusus tersebut Gobel menceritakan bagaimana awal ia bisa belajar di Jepang. Hal itu terjadi karena dorongan ayahanda, Thayeb Mohammad Gobel, pendiri National Gobel yang bersahabat dengan Konosuke Matsushita, pendiri Panasonic Jepang.
Dari sang ayah, menurut Gobel, ia banyak belajar tentang budaya dan tradisi Jepang. Ayah mengadopsi hal-hal baik dari budaya dan tradisi Jepang, khususnya tentang disiplin, kerja keras, dan semangat dan yang kemudian dipadukan dengan semangat nasionalisme Indonesia.
Perpaduan budaya Jepang dan Indonesia itulah, Gobel merasakan menjadi suatu kekuatan budaya dan tradisi Nusantara, khususnya tentang nilai-nilai gotong royong.
Gobel menambahkan, nilai-nilai itulah yang kini dipraktikkan dalam perusahaan Panasonic Gobel yang ia pimpin, karir politik, dan juga dalam kehidupan keluarga.
“Saya mendapatkan banyak pengalaman selama belajar di Jepang, karena banyak mempelajari filosofi serta pola pemikiran masyarakat Jepang dalam semangat membangun kehidupan,” kata legislator Partai NasDem itu.
Kepada Yomiuri Shimbun, Gobel menceritakan bagaimana pengalaman selama belajar di Jepang. Ia bisa menulis dan membaca bahasa Jepang, bergaul dengan orang-orang Jepang saat sekolah dan bekerja, terutama tinggal di keluarga Jepang saat sekolah di sana.
Kedekatan itu, tuturnya, terus terjaga hingga kini dan melanjutkan perusahaan yang didirikan ayahnya yang merupakan perusahaan patungan dengan Jepang.
Gobel saat ini menjabat sebagai Ketua Persatuan Alumni dari Jepang (Persada) dan Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang, serta pernah menjadi utusan khusus Indonesia untuk Jepang. Baginya, Jepang memiliki kedudukan khusus di hati, dan seolah menjadi tanah air kedua.
Menyinggung hubungan antara parlemen Indonesia dan Jepang, Gobel menjelaskan hubungan itu selama ini terjalin sangat baik dan memiliki kedudukan yang lebih strategis dibandingkan dengan hubungan antarpemerintah kedua negara. “Karena hubungan antarparlemen adalah hubungan di mana basisnya adalah , ,” jelasnya.
Bagi Gobel, hubungan antarparlemen kedua negara lebih tulus, lebih langgeng, dan lebih . Oleh karena itu, hubungan tersebut harus terus diperkuat dengan melibatkan publik yang lebih luas, karena anggota parlemen memiliki basis konstituen yang lebih spesifik dan lebih berwarna serta lebih dalam. “Indonesia memiliki keragama budaya, seni, etnik, dan bahasa yang luar biasa,” tuturnya.
Saat koresponden Yomiuri Shimbun menanyakan kesannya mengenai kunjungan Kaisar Jepang Hironomiya Naruhito bersama Permaisuri Masako, ke Indonesia pada 17-23 Juni 2023, Gobel mengatakan, Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako adalah figur kaisar dan permaisuri dengan visi yang modern, inklusif, dan populis. Ini sesuai dengan tantangan zaman.
Menurut Gobel, Jepang dan Indonesia merupakan bangsa besar di mana Indonesia yang menginisiasi organisasi kerja sama se Asia Tenggara (ASEAN), turut menjaga kawasan tetap damai dan tidak terjebak pada blok-blok politik dunia.
“Saya melihat kunjungan Kaisar Jepang Hironomiya Naruhito bersama Permaisuri Masako ke Indonesia memiliki arti tersendiri, betapa pentingnya Indonesia di mata Jepang,” jelas Gobel.
Pandangan Gobel tentang , keterbatasan , dan adalah tiga isu yang harus dihadapi secara bersama-sama oleh Indonesia dan Jepang ke depan.
Di akhir wawancara, Gobel berharap kunjungan Kaisar Jepang Hironomiya Naruhito bersama Permaisuri Masako ke Indonesia tidak hanya kunjungan biasa, tetapi menjadi momentum untuk memperkuat rasa saling percaya, saling menghormati, dan saling bergandeng tangan untuk memakmurkan, memajukan, menjaga, dan menghijaukan dunia yang sama dan lestari.
Gobel juga berharap kunjungan kaisar dan permaisuri Jepang bukan saja bermakna kunjungan politik melainkan juga bermakna kerja sama di bidang ekonomi dan budaya.
Untuk ekonomi, Gobel ingin menggali potensi usaha bagi anak-anak muda Indonesia dan Jepang, sedangkan bidang kebudayaan dengan mengembangkan batik Indonesia dan kain tenun Jepang semacam ‘jumputan’ yang di Jepang disebut ‘shibori’, yakni teknik pewarnaan kain yang mengandalkan ikatan dan celupan. (FND/AA).