Tarif Resiprokal Presiden AS Berdampak pada Banjirnya Produk Asing

Tarif Resiprokal Presiden AS Berdampak pada Banjirnya Produk Asing

JAKARTA (KASTANEWS.COM)- Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengakui kesepakatan tarif resiprokal yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bakal berdampak pada banjirnya produk-produk asing.

Meski begitu, putusan tarif Trump yang juga menetapkan tarif tinggi terhadap sejumlah negara bakal membuat Indonesia sebagai pasar seksi untuk migrasi dari Pasar AS. Terlebih lagi Indonesia memiliki jumlah populasi yang besar.

“Kita menghadapi tarif itu, pertama kan negosiasi dan kedua mencari pasar baru. Pasar baru misalnya dengan kesepakatan dagang dengan beberapa negara, artinya negara lain juga akan melakukan yang sama. Ketika dicegat ke Amerika kan dia akan mencari pasar baru, salah satu pasarnya Indonesia, karena kan kita market-nya besar” ujarnya saat ditemui di Jakarta Timur, Rabu (23/7/2025).

Belum lagi, hasil kesepakatan Indonesia dengan Amerika soal tarif ini membentuk tarif 0 persen untuk produk dari Amerika yang masuk ke Indonesia. Hal ini dalam rangka mengecilkan defisit ekspor AS ke Indonesia beberapa tahun belakangan.

Lebih lanjut, Mendag menjelaskan saat ini pihaknya memiliki beberapa upaya untuk mengantisipasi membanjirnya barang impor dari Indonesia. Misalnya meningkatkan daya saing produk dalam negeri, dan menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat.

“Kemudian juga sekarang kita hendak menarik investasi dan meningkatkan ekspor. Karena sekarang sudah banyak itu yang mau investasi bahkan dari China pun mau investasi ke Indonesia,” tambahnya.

Adapun posisi tarif yang dikenakan Indonesia tergolong lebih kompetitif jika dibandingkan tarif yang ditetapkan untuk beberapa negara, seperti Thailand 36 persen, Laos 40 persen, Malaysia 25 persen, Vietnam 20 persen, dan Filipina 19 persen.

Tarif resiprokal Trump tersebut akan mulai berlaku serempak mulai 1 Agustus 2025. Mendag berharap posisi tersebut tidak lagi berubah agar Indonesia masih kompetitif dibandingkan dengan negara di kawasan.

“Tapi yang penting sampai Agustus itu kan sudah tidak ada perubahan tarif lagi. Mudah-mudahan kita tetap di angka 19 persen, dan negara lain juga tidak berubah. Harapannya kita masih yang paling rendah,” kata dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *