KASTANEWS.COM: Joko Dolok. Begitu dia akrab disapa. Dia karibku. Entah sejak berapa puluh tahun lalu. Mungkin lebih dari 30 tahun.
Kami pernah tinggal di satu kost-kost di kawasan Lentang Agung, Pasar Minggu di kisaran tahun 1987. Kami sama-sama mencari ‘ilmu’ di tempat yang sama.
Sosoknya ramah. Dengan siapa saja. Ke angkatan di atas kami atau juga di bawah kami.
Ada pepatah yang tersebar di lingkungan Lenteng Agung, ‘Gak kenal Dolok gak gaul’.
Edun. Itu terbukti. Meski sudah lebih dari 20 tahun meninggalkan lingkungan Lenteng Agung, namun nama Joko Dolok masih tersiar di sana. Bahkan hingga kini.
Mengentalnya nama Joko Dolok, rupanya juga sampai di telinga Wali Kota Solo, Joko Widodo. Bahkan ketika Joko Widodo menjadi presiden, nama Joko Dolok masih diingat presiden ke tujuh itu.
Pasca kampanye pilpres kemarin, nama Joko Dolok disebut Jokowi ke salah seorang relawan yang ternyata adik kelas kami.
“Kamu kenal Joko Dolok?” tanya Jokowi pada adik angkatan itu di kisaran bulan September.
Yang ditanya tentu saja terkejut. Untung gak pingsan.
“Lah, pak presiden nanyanya mas Dolok?” batin adik angkatan.
Namun dengan tetap sopan, adik angkatan itupun menjawab, bahwa dirinya mengenal Joko Dolok.
“Kenal pak. Kebetulan dia kakak angkatan,” ujar adik angkatan.
“Sampaikan salam, bilang dicari saya,” ujar Jokowi (gitu deh kira-kira ngomongnya)
Adik angkatan inipun segera mencari keberadaan Joko Dolok. Hingga beberapa hari kemudian keberadaan Joko Dolok bisa dihubungi.
“Mas Dolok, dicari pak Jokowi,” ujar adik angkatan melalui saluran telphone.
“Jokowi mane?” tanya Joko Dolok.
“Jokowi Presiden,” jawabnya.
“Ah muke gile, becande aje luh. Ada urusan ape?”
“Mana gue tahu?”
“Emang gimane ceritanye?”
“Biasalah, pas ada waktu ketemu, tau tau pak dhe nanya Mas Dolok. Emang pak Dhe kenal mas Dolok?” tanya adik angkatan.
“Tau’ dah. Tapi dulu sih waktu pak dhe masih jadi Wali Kota Solo, gue pernah poto bareng. Gue bilang, Pak Jokowi, poto bareng dong, namanya sama sama Joko nih,” kisah Joko Dolok.
Tak berapa lamapun, sebuah undangan untuk hadir di pertemuan di Istana Bogor sampai di rumah Joko Dolok.
“Mak gue girang banget,” ujar ibunda Joko Dolok.
“Mbok njaluk gawean to le,” tambah ibundanya.
“Halah buk, isin lah, masa ketemu presiden njaluk ngawean,” bantah Joko Dolok.
Tepatnya tanggal 30 September 2019, pertemuan itu benar benar terjadi. Joko Dolok bersama sekitar kurang dari 100 relawan diundang pak Dhe.
Momen tersebut tak disia-siakan Joko Dolok. Dia bawa serta buku Dreaming of A New Boyolali karya Seno Samodro untuk dipamerkan pada pak Dhe.
“Itu memang bukunye Mas Seno, tapi foto-fotonya gue yang motret,” ujar Joko Dolok.
Buku tersebut sesungguhnya mengisahkan Vila Jokowi di Lereng Merapi di Boyolali yang mayoritas bangunannya terbuat dari kayu jati.
“Oh, jadi kamu yang motret,” ujar Jokowi pendek.
Pertemuan warga dengan presiden mungkin jadi sesuatu yang luar biasa. Apalagi dia adalah sosok yang sangat diidolakan. Begitupun dengan Joko Dolok.
“Dul, aku ra iso ngomong perasaanku koyo opo. Wis to, pokok e ra karu karuan,” ujar Joko Dolok.
Apalagi kalau menilik kisahnya, Joko Dolok bukan yang mengajukan diri untuk bertemu presiden, tetapi dirinya yang ditanyain presiden dan kemudian mengundangnya ke istana.
Tentu itu adalah sesuatu yang sangat luar biasa.
Itulah Joko Dolok. Sosok yang banyak tawa. Seolah tak pernah punya soal menjalani hidup. Ringan-ringan melakoni perjalanan sampai entah kapan. Tetaplah humble dan murah tawa dengan pilingguut mu, karib.
Btw, sebenernya nama panjang lu sape sih lok??? Ada yang tahu?? (*)