Oleh Gantyo Koespradono
JAKARTA (Kastanews.com): TAK disangka tak dinyana, antara percaya dan tidak, Kamis malam (31 Agustus), tersiar kabar Partai NasDem mencalonkan Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Anies Baswedan yang jauh-jauh hari sudah dideklarasikan sebagai calon presiden (capres).
Saya sengaja sebut Cak Imin — begitu panggilan Muhaimin Iskandar — dengan “bakal calon wakil presiden” sebab Partai NasDem belum secara resmi mendeklarasikan lelaki murah senyum itu sebagai calon wapres.
Nama Cak Imin disebut sebagai bacawapres Partai NasDem pun viral sebenarnya tidak sengaja.
Sangat mungkin, nama Cak Imin bakal dipasangkan dengan Anies, tidak akan muncul Kamis malam ini andai saja Partai Demokrat tidak kebakaran jenggot lantaran Partai NasDem dan Anies Baswedan dianggap sebagai pengkhianat.
Sebutan “pengkhianat” kepada keduanya (juga Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh) disampaikan Partai Demokrat dalam sebuah pernyataan yang ditandatangani Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya.
“Amuk” Partai Demokrat inilah yang membuat skenario Anies-Imin — ada yang sudah menyingkat kedua nama ini dengan AMIN — muncul ke permukaan.
Jagad pencapresan pun riuh rendah seperti ketika untuk pertama kalinya Partai NasDem mengusung Anies sebagai capres yang kemudian didukung Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Sampai catatan ini ditulis, saya belum mendengar apa reaksi PKS meskipun yang menyampaikan kabar NasDem mencalonkan Cak Imin sebagai cawapres ke Demokrat adalah Sudirman Said.
Apa pun rencana yang dirahasiakan, cepat atau lambat pasti akan terungkap jua. Anda suka atau tidak suka, Partai NasDem dalam soal beginian selalu berada di barisan paling depan.
Diakui atau tidak, partai besutan Surya Paloh-lah yang pertama kali mengusung Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden pada 2014 dan 2019.
Pada hajatan Pilpres 2024, kembali Partai NasDem mengusung Anies dengan konsekuensi politik “ngeri-ngeri sedap”. Partai NasDem langsung dicap sebagai partai “kadrun” lantaran mencalonkan Anies yang pada 2017 saat pilkada DKI Jakarta dituding telah memanfaatkan massa “penjual ayat dan mayat”.
Langkah NasDem membuat partai-partai lain gerah dan akhirnya menyebut nama bakal capresnya. Setelah NasDem mencalonkan Anies, menyusul kemudian Gerindra yang mengusung ketua umumnya, Prabowo Subianto.
Semula kita menduga PDIP akan bertahan menyimpan nama capres hingga batas akhir pengajuan nama pasangan capres-cawapres ke KPU.
Namun, partai itu akhirnya tidak tahan juga dan pada 21 April 2023 mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai capres. Kejutan, sebab semula banyak yang menduga PDIP tidak akan mengusung Ganjar sebab ia konon tidak disukai oleh petinggi partai kepala banteng ini.
Namun, karena berdasarkan survei, elektabilitas Ganjar selalu berada di atas, apa boleh buat, PDIP harus “nrimo” Ganjar yang disiapkan untuk mengimbangi Prabowo dan Anies dalam Pilpres 2024. Akankah berhasil? Ya, kita lihat saja nanti.
Para analis politik memerkirakan kemenangan capres dalam Pilpres 2024 mendatang tergantung siapa cawapresnya.
Setidaknya sampai Rabu (30/8), belum tersiar kabar siapa cawapres untuk Anies, Ganjar dan Prabowo. Saat pihak-pihak terkait ditanya soal itu, jawabannya selalu mengambang dalam ketidakpastian, meskipun ada sejumlah tokoh yang terus mematut-matutkan diri dan GR, layak menjadi cawapres. Bahkan ada pula yang sudah memasang baliho sebagai cawapres.
Kini, NasDem rupanya sudah menentukan sosok cawapres buat Anies, yaitu Cak Imin. NasDem menjadi partai pelopor yang pertama kali “nekat” mengusung Cak Imin menjadi cawapres. Saya yakin NasDem sudah siap dengan konsekuensi politik yang bakal diterima.
Namun, saya menduga, tidak terlalu lama, PDIP akan segera menyusul NasDem mengumumkan siapa yang akan dicawapreskan untuk mendampingi Ganjar, begitu pula Prabowo di Koalisi Indonesia Maju.
Jika memang Anies, Ganjar, dan Prabowo — dan siapa pun cawapresnya — yang akan meramaikan Pilpres 2024, kita sebagai anak bangsa layak dukung dan bersyukur sebab mereka berkontestasi tanpa politik identitas dalam pengertian sempit.
Ibarat ilmu ukur, mereka adalah segi tiga sama dan sebangun untuk Indonesia tercinta.
Selamat tinggal politik identitas. Selamat berkontestasi dengan riang gembira.[]
========
Penulis adalah wartawan senior, caleg DPR RI Partai NasDem, Dapil Jawa Tengah 5.