KASTANEWS, Jakarta (17/9): PENELITI Research Center Media Group (RCMG) mendorong pihak-pihak terkait agar secepatnya merampungkan pembangunan infrastruktur Food Estate Humbang Hasundutan (Humbahas) sehingga rakyat segera dapat memperoleh manfaat dari proyek lumbung pangan nasional itu.
‘’Beberapa bulan lalu dari proyek strategis nasional ini, khususnya di Desa Ria Ria telah panen kentang dengan hasil yang bagus, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Karena itu, masyarakat menanti penyelesaian pembangunan infrastrktur agar tiga desa food estate, yaitu Hutajulu, Ria Ria dan Parsingguran segera dapat teroptimalkan,’’ ujar Assosiate Researcher RCMG Dr Irwansyah dalam keterangan tertulisnya, Jumat (17/9).
Menurut Irwansyah pola pengembangan infrastruktur di proyek strategis nasional Humbahas ini sudah sangat tepat, yaitu memperpadukan antara dua kementerian.
‘’Kementerian Pertanian dan PUPR bahu-membahu dalam membangun lumbung pangan nasional ini. Karena itu, kedua instansi ini harus selalu bersinergi dalam perencanaan infrastruktur irigasi dan sarana prasarana pertanian lainnya,’’ujarnya.
Seperti telah diketahui, lumbung pangan nasional di Kabupaten Humbahas, Sumatera Utara dengan keseluruhan luas lahan mencapai 785 hektare itu, tersebar di Desa Hutajulu seluas 120,5 hektare, di Desa Ria Ria seluas 411,5 hekatre, dan Desa Parsingguran seluas 253 hektare.
Menurut Irwansyah, pengembangan food estate di Humbahas itu tidak sekadar mencetak lahan, menanaminya, dan memetik hasil panen, tetapi lebih daripada itu.
‘’Sebagaimana telah disampaikan Kementan, pengembangan food estate Humahas sebagai lumbung pangan nasioal itu akan dikelola secara integrasi dari hulu hingga hilir, sehingga produk yang dihasikan bukan lagi sekadar bahan pangan mentah, tetapi meningkat hingga produk olahan dengan nilai tambah yang tinggi bagi petani dan dapat menggenjot perekonomian wilayah,’’ ujar doktor ilmu komunikasi yang menekuni komunikasi pertanian itu.
Peneliti yang sudah puluhan tahun berjibaku di bidangnya itu menunjukkan lahan food estate di Desa Ria Ria seluas 215 hektare yang telah ditanami kentang 50 hekatre, bawang merah 100 hektare, bawang putih 25 hektare dan lahan demfarm untuk percobaan budidaya seluas 15 hektare itu merupakan bukti matangnya perencanaan proyek tersebut.
‘’Saya kira, tidak ada lagi yang perlu disangsikan terkait dengan perencanaan dan implementasi atas pembangunan lumbung pangan nasional ini,’’ katanya.
Irwansyah menyadari memang pekerjaan itu tidak mudah, tetapi bila dikerjakan dengan bersinergi baik antara kementerian maupun antara pemerintah pusat dan daerah, sesulit apapun pekerjaan dapat diselesaikan.
Menurut dia, pengembangan food estate tidak hanya pada aspek produksi dan hilirisasi, tetapi juga dikembangkan pusat percobaan budidaya sehingga bisa menghasilkan sendiri benih dengan varietas yang cocok dengan tanah lahan food estate. Dengan begitu, konsep pengembangan food estate ini benar-benar dilakukan secara mandiri yang merupakan karya anak bangsa untuk memperkuat ketahanan pangan nasional bahkan ke depan bisa memenuhi pangan negara-negara lainnya.
Dalam bagian lain dari penejelasannya, Irwansyah mengingatkan pentingnya kolaborasi dan koordinasi pengelolaan kawasan yang harus selalu ditingkatkan.
“Penataan kawasan perlu memperhatikan aspek kearifan lokal misalnya kebiasaan petani hamijon yang selama ini menggantungkan pendapatannya dari hasil hutan dan kebun seperti kemenyan, andaliman, dan kopi. Dibutuhkan pendampingan intensif untuk mengawal petani yang saat ini berbudidaya hortikultura,” katanya.
Ke depan pihaknya juga mendorong penataan lahan yang mengedepankan aspek konservasi lahan dan air untuk menjaga keberlanjutan usaha tani.
“Konservasi lahan dan air sangat penting diperhatikan. Teknologi irigasi hemat air seperti irigasi tetes yang saat ini mulai diinisiasi oleh pengelola kawasan, bisa saja diterapkan karena teknologi tersebut bisa menghemat biaya tenaga kerja,” ia menekankan.
RCMG, lanjut dia, akan terus mendorong pengembangan teknologi pangan di kawasan rintisan Food Estate.
“Terlebih untuk komoditi hortikultura yang secara karakter memang padat modal dan padat teknologi,” pungkasnya. (rls/*)