Pakar Konservasi Ingatkan untuk Jaga Hewan Purba dan Warisan Dunia

Pakar Konservasi Ingatkan untuk Jaga Hewan Purba dan Warisan Dunia

JAKARTA (KASTANEWS.COM)- Prof. Harini Muntasib, Pakar Konservasi IPB University, menyampaikan badak jawa bercula satu (Rhinoceros sondaicus) merupakan salah satu hewan purba di dunia yang masih hidup.

Kini, keberadaannya hanya bisa ditemukan di Indonesia, tepatnya di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten.

“Dahulu badak jawa tersebar di sebagian besar wilayah Asia Tenggara mulai dari Assam-India, Myanmar, Thailand, Malaysia dan sebelumnya ada di Vietnam dan dinyatakan punah pada tahun 2010,” cerita Harini, melalui siaran pers, Selasa (5/8/2025).

“Jadi, badak jawa yang ada di Indonesia, khususnya di TNUK adalah satu-satunya di dunia. Ini merupakan suatu kebanggaan bahwa kita memiliki salah satu jenis badak yang kita konservasikan.”

Harini menjelaskan bahwa badak jawa masuk dalam kategori critically endangered atau terancam punah dalam International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List. Spesies ini juga tercantum dalam Apendiks I CITES, sehingga dilarang keras untuk diperdagangkan karena jumlah populasinya yang sangat terbatas.

Data terbaru dari Balai TNUK menunjukkan, populasi badak jawa saat ini diperkirakan hanya berkisar antara 87 hingga 100 ekor. Jumlah tersebut diperoleh melalui metode Model Spatial Count berdasarkan deteksi kehadiran badak di lokasi pengamatan.

Sebagai upaya pelestarian, sejak 2009 telah dikembangkan kawasan khusus bernama Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) seluas 5.100 hektare di bagian selatan Gunung Honje dalam kawasan TNUK. Kawasan ini diperuntukkan bagi perluasan habitat dan pengembangbiakan intensif badak jawa.

“Fasilitas JRSCA sudah siap, termasuk kandang pengembangbiakan, serta bangunan untuk peneliti dan petugas. Saat ini tengah dipersiapkan translokasi badak dari habitat utama menuju kawasan JRSCA,” ungkapnya.

Namun demikian, Prof Harini juga menyoroti sejumlah ancaman terhadap kelangsungan hidup badak jawa. Ancaman internal meliputi potensi inbreeding, persaingan dan pemangsaan antarsatwa, serta degradasi habitat akibat invasi tumbuhan langkap.

Sementara itu, ancaman eksternal mencakup wabah penyakit dari hewan ternak, perburuan liar, dan potensi bencana alam seperti tsunami dan erupsi Gunung Krakatau.

Ia menegaskan bahwa punahnya badak jawa akan berdampak besar terhadap keseimbangan ekosistem, karena sebagai herbivora besar, spesies ini berperan dalam mengontrol vegetasi dan menjaga struktur rantai makanan.

“Badak jawa bukan hanya kekayaan hayati Indonesia, tetapi juga warisan dunia yang harus dijaga bersama,” pungkasnya.(rah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *