JAKARTA (Kastanews.com)- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut bahwa kondisi ekonomi dunia di tahun 2024 mendatang masih akan mengalami guncangan. Prediksi itu didukung oleh sejumlah organisasi yang menyampaikan bahwa tahun depan pertumbuhan ekonomi dunia akan melambat dan lebih rendah dari yang diperkirakan.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, kondisi ekonomi di tahun 2023 membuat tekanan di pasar keuangan global meningkat beberapa waktu belakangan ini. “Terutama ditandai dengan tekanan jual di pasar obligasi Amerika Serikat, akibat ekspektasi bahwa tingkat suku bunga AS akan berada di tingkat yang tinggi untuk waktu yang lebih lama,” kata Mahendra dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XI DPR di Jakarta pada Senin (20/11/2023).
Mantan Wakil Menteri Luar Negeri itu menjelaskan sejumlah ancaman yang masih menghantui kondisi perekonomian dunia tahun depan. Antara lain, kondisi geopolitik yang masih meningkat, era suku bunga tinggi dan penyesuaian suku bunga yang begitu cepat. Semua itu disebut Mahendra bakal menimbulkan turbulensi hebat pada perekonomian dan sektor keuangan di berbagai negara maju dan berkembang.
“Ke depan, kita harus terus mewaspadai munculnya turbulensi yang dapat membawa krisis seperti yang terjadi di 2023 ini,” imbuh Mahendra.
Meski demikian, Pemerintah Indonesia masih optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 dapat mencapai 5,2%, dengan inflasi dan nilai tukar rupiah yang dapat dijaga di level 2,8% dan Rp15.000 per USD.
Di sisi lain, lanjut Mahendra, harga komoditas ekspor Indonesia terpantau masih dalam tren yang menurun, sehingga menyebabkan penurunan surplus neraca perdagangan serta neraca berjalan yang juga menjadi defisit. Penurunan itu menekan kinerja nilai tukar dan penurunan cadangan devisa.
“Di tengah tantangan global dan risiko dampaknya terhadap perekonomian domestik, OJK berupaya menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong sektor jasa keuangan berkontribusi optimal dalam perekonomian nasional,” tandas Mahendra.(rah)