Oleh Gantyo Koespradono
KASTANEWS.ID; SAMPAI sedemikian jauh, berdasarkan pengamatan saya, untuk sementara ini baru dua partai politik yang telah menyebut-nyebut nama siapa tokoh yang akan dibidik menjadi calon presiden (capres) 2024.
Kedua partai itu ialah NasDem dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Bisa dimaklumi, sebab kedua partai ini tidak punya beban terkait dengan presidential treshold (PT) yang 20%.
Yang memunculkan nama-nama capres di kedua partai itu memang bukan representasi partai, melainkan ungkapan pribadi menjawab pertanyaan wartawan.
Jadi, bisa saja nanti seperti itu, atau sama sekali berbeda. Pasalnya, untuk menentukan sikap akan mengusung dan mendukung siapa capres dan cawapres, lazimnya partai memutuskannya dalam forum rapat koordinasi nasional (rakornas) atau rakorsus (khusus).
Jika pun hari ini atau besok, ada tokoh atau pengurus partai yang menyebut nama tokoh untuk capres, biasanya nadanya umum-umum saja, wacana atau tentatif. Bisa ya. Bisa tidak. Salah juga nggak apa-apa.
Khusus Partai NasDem. Jika pun ada tokoh pengurus partai ini yang akhirnya menyebut beberapa nama tokoh yang mungkin — sekali lagi mungkin — dicapreskan, bisa jadi Partai NasDem batal menggelar konvensi capres yang direncanakan dalam tahun ini.
Menggelar konvensi memang berisiko karena akan menjadi percuma jika tidak ada partai yang mau diajak kerja sama atau berkoalisi mengusung capres pemenang konvensi. Seperti diketahui Partai NasDem tidak bisa mengusung capres sendirian, karena perolehan suaranya tidak memenuhi PT.
Sebenarnya partai yang paling mungkin diajak koalisi adalah Golkar. Tapi, sampai saat ini, partai warisan Orde Baru tersebut tampaknya tetap akan mengusung ketua umumnya, Airlangga Hartarto, sebagai capres.
Andai pun Partai NasDem menjanjikan Airlangga dijamin bakal dicawapreskan dengan capres unggulan Andika Perkasa, Erick Thohir, Ganjar Pranowo atau Anies Baswedan, belum tentu Golkar (Airlangga) bersedia.
Maklum, dengan cara dan strateginya, Golkar yakin Airlangga bakal mulus menjadi capres meskipun hasil survei Litbang Kompas, elektabilitas Airlangga masih satu digit.
Oke, kita kembali ke penyebutan nama capres oleh Partai NasDem dan PSI. Beberapa hari lalu, seperti diberitakan detikdotcom (23/2), Ketua DPP NasDem Willy Aditya mengatakan sosok Jenderal TNI Andika masuk dalam radar.
“Ya, dia salah satu yang masuk radar,” kata Willy Aditya kepada wartawan. Apakah pasti NasDem membidik Andika?
Belum tentu. Dalam politik tidak ada kepastian. Willy mengatakan NasDem terbuka terhadap siapa pun sosok potensial capres 2024. Menurutnya, sosok yang nantinya diusung NasDem tak akan terbatas pada tokoh-tokoh tertentu.
Andai pun nanti NasDem mengusung dan mendukung (entah akan berkoalisi dengan partai apa) Andika Perkasa, seperti yang pernah saya tulis di kolom ini, Andika memang salah seorang sosok yang layak menggantikan Jokowi di 2024-2029.
Alasannya, negeri ini membutuhkan presiden berlatar belakang TNI agar bisa menjadikan NKRI tetap kondusif dari serangan “calon pemberontak” yang mendompleng atau memanfaatkan agama. Dalam soal ini saya yakin orkestrasi NasDem dan TNI sudah sama.
Namun, pada hari yang sama, Ketua DPP NasDem Taufiqulhadi, menyebut sejumlah nama lain yang akan diusung menjadi capres 2024.
Ia bilang ada tokoh-tokoh yang dipantau, yaitu empat kepala daerah dan satu menteri. Mereka adalah: Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Khofifah Indar Parawansa, dan Erick Thohir.
Nah, bingung, kan? Kita tunggu saja. Bisik-bisik, Partai NasDem baru akan memutuskan akan memunculkan tiga nama resmi yang akan digadang jadi capres pada Juni nanti.
Bagaimana dengan PSI? Ketua Umum (Ketum) Partai Solidaritas Indonesia, Giring Ganesha, yang dulu disebut-sebut bakal ikut mencapreskan diri, malah menyatakan mundur dari pencalonan sebagai capres 2024.
“Saya merasa tahun 2024 belumlah waktu bagi saya untuk maju sebagai calon Presiden Republik Indonesia di 2024,” katanya di Jakarta, Kamis (24/2).
Lha, lalu PSI membidik siapa? Giring kemudian menyebut sembilan tokoh, yaitu Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, Menteri BUMN Erick Thohir, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menko Polhukam, Mahfud MD, Panglima TNI Jenderal TNI Muhammad Andika Perkasa, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian, jurnalis dan presenter Najwa Shihab, dan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati.
Selain Ganjar Pranowo yang elektabilitasnya dua digit, yang lain cuma satu digit. Bahkan ada sejumlah nama yang sama sekali tidak terjaring oleh lembaga survei.
Politik tetap cair. Kita tunggu, apa yang bakal terjadi? Siapa sangka Jokowi jadi presiden dua periode dan Ma’ruf Amin jadi wakil presiden.[]