NasDem Beri Lampu Hijau Dukung Gibran dan Bobby

NasDem Beri Lampu Hijau Dukung Gibran dan Bobby

 

JAKARTA, 18 Desember 2019: Sekretaris Fraksi Partai NasDem DPR Saan Mustofa mengungkapkan Partai NasDem membuka peluang untuk mengusung putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka di Pilkada Solo 2020. Sikap politik serupa juga berlaku untuk menantu Presiden, Bobby Nasution yang berencana maju Pilkada Medan 2020 mendatang.

Saan menyatakan kedua nama itu, yang ingin mencalonkan diri sebagai calon wali kota, dipertimbangkan dalam proses penjaringan Bapillu DPP NasDem .

“NasDem juga membuka penjaringan. Di sana ada nama Bobby masuk di penjaringan NasDem untuk Medan. Tapi sama juga dengan di Solo. Mungkin juga jika ada kesepakatan koalisi dan Gibran juga melakukan penjajakan dengan NasDem itu jadi bahan pertimbangan untuk mengusung atau tidak di pilkada Kota Solo,” kata Saan di Kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Senin (16/12).

Saan menyatakan NasDem menekankan tiga aspek untuk mengusung kandidat di pilkada. Tiga aspek itu adalah popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas para bakal calon. Setelah tiga hal itu dimiliki oleh kandidat, NasDem akan melihat sisi kapabilitasnya.

Politisi NasDem ini menyatakan faktor pertama yakni popularitas paling penting dalam kontestasi pilkada. Ia menilai popularitas Gibran dan Bobby tak perlu diragukan lagi karena Solo dan Medan adalah tempat tinggal mereka masing-masing.

“Terkait Gibran dan Bobby misalnya secara popularitas tentu sebagai putra tokoh dan selalu hadir di publik tingkat popularitasnya tak hams diragukan,” kata dia.

Selain itu, Saan menilai majunya Gibran dan Bobby di pilkada tahun 2020 bukan sebagai bentuk membangun dinasti politik Keluarga Jokowi. Saan menyebut anak dan menantu Jokowi itu sekadar menapaki karier politik.

“Jadi Jokowi membuka ruang bagi putra-putranya berpolitik dari bawah. Itu karier politik, bukan dinasti politik, itu karier yang dipilih oleh Gibran dan Pak Jokowi memberikan jalan itu,” kata dia.

Menurut Saan dinasti politik bisa terjadi apabila pencalonannya terjadi di level pemilihan yang sama. Ia mencontohkan istri bupati yang mencalonkan untuk menempati jabatan yang pernah dijabat oleh suaminya, lalu diikuti pencalonan anaknya sebagai calon bupati kemudian hari.

Kasus Gibran dan Bobby berbeda. Ia menyatakan ada jarak yang jauh antara posisi yang ingin diduduki Gibran dan Bobby sebagai wali kota dengan jabatan Jokowi sebagai presiden.

“Toh, enggak melanggengkan kekuasaan sebagai seorang presiden. Dia berkiprah di wali kota. Jadi kalau kita lihat dari situ, secara saya pribadi, dinasti harus pada level yang sama,” tegas Saan.

Tak hanya itu, Saan menyatakan sangat lazim dalam perpolitikan bila partai politik mencalonkan keluarga dari seorang pejabat publik. Sebab, pilihan itu berdasarkan alasan berpeluang besar untuk terpilih.

“Daripada misalnya dalam menghindari dinasti dan mencari calon lain yang peluang enggak terpilihnya tinggi, ya buat apa nyalonin kalau buat enggak terpilih?” pungkas Saan.(Wasis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *