JAKARTA (KASTANEWS.COM)- Artis Wanda Hamidah tengah menghadapi tantangan besar dalam misinya menuju Gaza.
Perjalanan yang ia tempuh bersama aktivis dari Global Sumut Flotilla harus terhenti di Tunisia karena kesulitan memperoleh kapal yang layak untuk menembus jalur laut berbahaya menuju Palestina.
Kondisi Wanda Hamidah ini menegaskan betapa rumitnya upaya kemanusiaan yang harus berhadapan dengan risiko serangan militer dan situasi geopolitik yang tidak bersahabat.
Melalui akun Instagram pribadinya, Wanda mengungkapkan bahwa mencari kapal menuju Gaza bukanlah hal sederhana.
Hambatan ini membuat rombongan harus menunggu lebih lama di Tunisia, sementara kebutuhan di Gaza terus mendesak.
Dalam penjelasannya, Wanda menegaskan bahwa kapal untuk menuju Gaza tidak bisa disamakan dengan transportasi biasa. Menurutnya, risiko perjalanan laut menuju wilayah konflik sangat besar karena kapal yang digunakan bisa saja menjadi sasaran serangan.
“Nggak gampang mencari kapal, bukan kapal pesiar ya. Ini bukan kapal yacht yang kita mau ke pantai, kita mau jalan-jalan. Nggak gampang cari kapal, yang mau ke Gaza. Artinya apa? Nggak gampang mencari kapal ke Gaza untuk disewa,” kata Wanda Hamidah dikutip dari Instagram @wandahamidahbsa, Selasa (16/7/2025).
“Untuk disewa udah nggak mungkin karena risiko kapal ke Gaza akan menghadapi senjata-senjata tercanggih dari Amerika, dan senjata-senjata tercanggih. Nggak gampang nyari kapal yang kita tahu kapal itu akan menghadapi serangan-serangan biadab, zionis, Israel, plus Amerika. Sponsornya Amerika,” tambahnya.
Artis sekaligus mantan anggota DPR itu menjelaskan bahwa tidak ada pihak yang bersedia meminjamkan kapal dengan risiko tinggi tersebut.
“Siapa yang mau pinjemin kita kapal yang tahu bahwa kapal itu mungkin akan ditenggelamkan ditembak, dibom, dihancurkan. Nggak ada yang mau pinjemin. Jadi kamu bayangin kalau kamu sewa kapal aja udah nggak mungkin, ada orang yang mau nyewain kapal, mau dipakai buat apa? mau dipakai buat ke Gaza, tidak mungkin,” jelasnya.
Perempuan 47 tahun itu kemudian mengungkap bahwa satu-satunya cara yang tersisa adalah membeli kapal. Namun, proses ini juga bukan hal mudah karena melibatkan birokrasi yang panjang serta dokumen resmi yang membutuhkan waktu lama untuk diurus.
“Jadi satu-satunya jalan adalah beli kapal, dan kamu jangan bayangin kamu beli kapal itu seperti beli gorengan, atau beli kapal itu seperti beli motor Honda bebek yang langsung bisa dibawa pulang. Motor Honda bebek aja nggak bisa langsung dibawa pulang,” ujarnya.
“Jadi membeli kapal itu ada surat-surat yang harus diurus, dan surat-surat itu tidak segampang beli mobil aja. Surat-suratnya berbulan-bulan, sampai STNK atau BPKB-nya jadi. Jadi proses membeli kapal itu nggak mudah. Ini baru persoalan kapal,” sambungnya.
Selain masalah administrasi, kondisi kapal yang tersedia di Tunisia juga menjadi kendala serius.
Banyak kapal yang ditemukan dalam keadaan rusak dan memerlukan perbaikan sebelum bisa digunakan. Padahal, perjalanan menuju Gaza harus melewati Laut Mediterania yang dikenal ganas.(rah)