JAKARTA (KASTANEWS.COM)- Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan bahwa tingginya volatilitas memengaruhi bonds outflow dan kinerja yield negara emerging markets (EM).
Bahkan pasar keuangan domestik Indonesia pun terdampak, sehingga menurutnya perlu diwaspadai berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter global, utamanya kebijakan The Fed.
Dia mengatakan, kebijakan hawkish The Fed berdampak pada capital flow dari emerging market. Pasar obligasi EM, termasuk Indonesia, mengalami net outflow sebesar USD59,2 miliar secara year-to-date (ytd) atau sekitar 14% dari Assets under Management (AuM), sedangkan DM mencapai sekitar USD22 miliar (ytd) atau 2,2% dari AuM.
“Hingga 18 Oktober 2022, outflow dari pasar SBN Indonesia mencapai Rp172,80 triliun (ytd),” ujar Sri dalam konferensi pers APBN KITA edisi Oktober 2022 secara virtual di Jakarta, Jumat (21/10/2022).
Dia mengatakan, pasar obligasi Indonesia di September dan Oktober masih outflow Rp29,25 triliun (ytd) dan Rp11,72 triliun month-to-date(mtd). Namun, portofolio investor global masih overweight terhadap obligasi Indonesia.
“Perbankan dan BI mendominasi kepemilikan SBN, sementara porsi kepemilikan asing menurun dari 38,57% sejak akhir 2019 menjadi 14,09% per 18 Oktober,” ungkap Sri.
Sri melanjutkan, pengetatan kebijakan moneter global memengaruhi pasar SBN domestik, namun kinerjanya cukup resilien. Porsi yield Indonesia masih cenderung moderat. Kenaikan yield SUN IDR 17,0% (ytd), lebih baik dari LCY Malaysia, Meksiko, Filipina, dan Amerika Serikat (AS).
Dampak FOMC Meeting relatif kecil terhadap yield SBN, naik 3,6%. Baca juga: Gejala Gangguan Ginjal Akut pada Anak, Orang Tua Wajib Tahu! “Spread yield SBN Indonesia LCY terhadap UST menunjukkan tren menurun, didukung terjaganya kondisi pasar keuangan domestik,” pungkas Sri.(rah)