SLEMAN (12 Maret): Pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) cukup pesat pascapandemi. Berbagai jenis usaha mengalami pemulihan, atau bahkan peningkatan permintaan, seperti sentra kerajinan tangan, fesyen, dan industri makanan olahan.
‘’Pemulihan sektor UMKM perlu diikuti dengan kemampuan bersaing di pasar yang lebih luas, termasuk level nasional dan bahkan global,’’ kata anggota Komisi VI DPR RI dari Dapil DIY Subardi saat menggelar pembekalan kepada pelaku UMKM di kawasan Godean, Sleman, DIY.
Legislator NasDem itu mengundang para pelaku UMKM untuk mengikuti sosialisasi bertajuk Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian UMKM.
“Momentum pemulihan UMKM perlu diikuti dengan sertifikasi produk agar sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI). Dengan memiliki SNI, UMKM akan memiliki daya saing dan prospek yang bagus,” kata Subardi, Sabtu (11/3).
Pada kesemoatan itu Subardi juga memfasilitasi pengurusan sertifikat SNI. Menurutnya, banyak pemula maupun pemain lama UMKM di Yogyakarta belum memiliki sertifikasi SNI. Ia mengajak para UMKM agar “melek standar”. Dengan memiliki SNI, produk UMKM akan terlindungi dari potensi kejahatan hak cipta.
“Saya kawal agar UMKM bisa naik kelas. Kalau sudah SNI, artinya sudah punya hak cipta. Ada perlindungan terhadap karyanya sehingga konsumen semakin yakin dan pemasaran bisa lebih luas,” jelas Mbah Bardi, sapaan akrab Subardi.
Salah satu target yang diharapkan dari kegiatan tersebut adalah pelaku UMKM memahami kesesuaian produk dengan SNI. Pelaku UMKM didorong untuk meningkatkan kualitas produk dan perluasan pemasaran dengan cara memberi peluang mendapatkan sertifikasi SNI yang dikeluarkan BSN.
Dalam kesempatan itu hadir juga Direktur Sistem Harmonisasi Akreditasi Badan Standardisasi Nasional (BSN), Sugeng Raharjo. Menurut Subardi, Kehadiran BSN untuk membuka kesempatan berinteraksi langsung dengan pelaku UMKM. Segala dinamika yang dialami pelaku usaha bisa dikonsultasikan untuk selanjutnya mendapatkan sertifikasi SNI.
“Kalau punya SNI akan menambah nilai bisnis dari produk UMKM,” tutup Subardi.(NK/*)