JAKARTA (KASTANEWS.COM)- Legenda sepak bola Prancis, Zinedine Zidane seringkali dirumorkan untuk menukangi Manchester United. Namun, dia mengakui jika faktor bahasa menjadi kendala utama untuk menangani tim berjuluk Setan Merah tersebut.
Manchester United baru saja menelan kekalahan 0-3 dari Manchester City di pertandingan ke-10 Liga Premier Inggris 2023/2024. Laga tersebut berlangsung di Stadion Old Trafford, Manchester, Minggu (29/10/2023).
Kekalahan di derby Manchester itu membuat pelatih MU, Erik ten Hag mendapatkan banyak kritikan. Bahkan sebagian pihak menilai Zinedine Zidane layak untuk menggantikan posisi pelatih asal Belanda tersebut.
Bocor di Media Sosial Zinedine Zidane sudah menganggur sejak musim panas 2021, setelah menjalani periode kedua bersama Real Madrid. Bersama El Real, Zidane telah menyumbangkan gelar Liga Champions (3), Piala Dunia Antar Klub (2), Liga Spanyol (2), UEFA Super Cup (2) dan Spanyol Super Cup (2).
Meski sempat dirumorkan melatih Manchester United pada awal musim 2022, tetapi Erick ten Hag justru yang menjadi pelatih. Sementaran Zidane masih belum memiliki pekerjaan hingga saat ini.
Zidane pun mengakui kesulitan mendapatkan tawaran saat menjadi pelatih. Dia menjelaskan, saat masih menjadi pemain bisa memilih untuk bergabung dengan klub manapun. “Ketika saya masih menjadi pemain, saya bisa memilih hampir semua klub. Sebagai seorang pelatih, tidak ada 50 klub yang bisa saya datangi. Ada 2 atau 3 kemungkinan,” ungkap Zidane seperti dikutip dari Sport Bible, Rabu (1/11/2023).
Walaupun memiliki keinginan untuk menjadi pelatih lagi, tetapi Zidane terkendala dengan faktor bahasa. Meski bisa bahasa Inggris, tetapi dia belum bisa sepenuhnya menguasainya, dan membuatnya tidak bisa menjadi pelatih Manchester United. “Karena alasan lain juga, saya mungkin tidak bisa ke mana-mana. Yang mana? Bahasanya misalnya. Kondisi tertentu membuat segalanya menjadi lebih sulit,” kata dia.
“Ketika orang bertanya kepada saya: ‘Apakah Anda ingin pergi ke Manchester (United)?’ Saya mengerti bahasa Inggris tetapi saya belum sepenuhnya menguasainya,” akunya.
Pria 51 tahun itu mengakui jika perbedaan dengan pelatih lainnya yang sebagian tidak mementingkan bahasa di mana tempatnya bekerja. Namun, menurutnya, bahasa adalah kunci untuk membuat tim yang dilatihnya bisa mendapatkan kemenangan.
“Saya tahu ada pelatih yang pergi ke klub tanpa bisa berbicara bahasanya, tapi saya bekerja dengan cara yang berbeda. Untuk menang, banyak elemen yang berperan. Ini adalah konteks global. Saya tahu apa yang saya butuhkan untuk menang,” tutupnya.(rah)