JAKARTA (Kastanews.com) – Indonesia terkenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah. Namun, ternyata krisis air masih menghantui beberapa wilayah, seperti daerah timur. Namun, hal ini justru tidak banyak diketahui masyarakat, khususnya warga perkotaan.
Sadar atau tidak, banyak dari kita yang masih menyepelekan ketersediaan air di sekitar kita. Banyak yang masih cenderung cuek karena merasa masih tidak kekurangan kebutuhan air. Padahal, terdapat beberapa gaya hidup alias kebiasaan membuang-buang air yang secara tidak langsung mempengaruhi ketersediaan air.
Country Director Water Mission Indonesia, Surya Sentosa Surbakti mengungkapkan, bahkan banyak manusia yang memiliki perilaku yang tidak baik terhadap air bersih yang merupakan anugerah dari Tuhan Sang Maha Pemberi. Padahal, air bersih jumlahnya terbatas dan butuh waktu dan sebuah proses yang rumit untuk membuat air yang tidak layak minum untuk bisa diminum oleh manusia.
Menurutnya, ketika air melimpah, maka kebiasaan buruk masyarakat yang tidak mau berhemat air muncul. Lalu, ketika air besih sulit didapat, orang pun mulai sadar akan kebiasaan buruknya. Namun, kebiasaan lama pun kumat lagi ketika air bersih mudah didapat kembali. Karena itu, menurutnya, kegiatan edukasi terkait ini pun dirasa penting.
Salah satunya melalui acara GF Walk for Water 2023 yang baru-baru ini digelar di CFD Sarinah, Jakarta. Acara ini adalah kegiatan tahunan antara Georg Fischer dengan Water Mission Indonesia untuk mendanai proyek air bersih dan sanitasi bermartabat di negara berkembang dan daerah yang terkena dampak bencana alam.
“Ini satu hal yang positif ya, karena kalau acara world for water ini kan kita juga melakukannya. Karena tujuannya sih seperti menggalang dana ya. Dengan kita melakukan ini kita coba pengen menunjukkan gimana sih masih banyak teman-teman lain yang tidak semudah kita untuk mengakses air,” ujar Surya, saat diwawancara di Sarinah, Jakarta, Minggu, (24/9/2023).
Surya melanjutkan, pendidikan akan manfaat dan asal usul air juga masih banyak tidak diajarkan di lingkungan keluarga. Padahal, ia menilai, para orangtua harus mulai mengingatkan anak-anaknya akan arti penting air. Hal ini penting mengingat air itu adalah sumber kehidupan dan merupakan rahmat Tuhan yang tidak bisa diproduksi oleh manusia dengan teknologi apapun.
“Mungkin di Jakarta yang sebagian aksesnya sudah mudah kadang-kadang anak-anak nggak tau, sementara masih ada yang susah. Jadi kita coba menginspirasi dan mengedukasi juga, apalagi kita ingin mereka berkontribusi. Besok-besok biar ibu-ibu bisa mengedukasi anaknya, itu loh di tempat lain masih ada yang susah,” tuturnya.
“Tujuannya kita juga mengedukasi salah satunya adalah harus take care sama air. Karena di sini kita nggak tau, air terbuang percuma sementara di sana ada yang susah banget. Kami tuh juga bisanya istilahnya jemput bola lah. Kami misalnya adakan sosialisasi di sekolah, bagaimana memperlakukan air itu supaya dalam kondisi yang baik,” ucap dia lagi.
Hal senada juga diungkapkan oleh Head ASEAN Georg Fischer Piping Systems, Alexandre Geiger. Ia mengungkapkan, kebiasaan boros air masih banyak ditemukan di masyarakat kita. Sering masyarakat kita, terutama yang bermukim di perkotaan, tanpa sadar membuang-buang air bersih begitu saja.
“Makanya melalui kegiatan ini kita ingin mengedukasi bahwa masih banyak dari saudara-saudara kita yang berada di pedalaman wilayah timur Indonesia, masih sangat sulit mendapatkan akses air bersih,” ungkapnya.
Alex juga mengungkapkan, salah satu daerah yang masih krisis air adalah Nusa Tenggara Timur (NTT). Daerah ini selalu dinobatkan menjadi daerah yang kering dimana setiap tahun selalu dihantui gagal tanam akibat dari kerusakan kantong-kantong air atas ulah manusia.
“Intinya, sebagian besar kabupaten di NTT atau wilayah-wilayah timur Indonesia mengalami problem yang sama, yaitu krisis air. Karena kami sering membuat program untuk membantu mengatasi krisis air di daerah-daerah tersebut, khususnya yang memang aksesnya masih susah,” tuturnya.(rah)