JAKARTA (KASTANEWS.COM)– Pemerintah India menegaskan sikap tegasnya terhadap mobil tanpa sopir atau kendaraan. Mobil yang menggunakan teknologi tersebut tidak akan diizinkan beredar di India karena khawatir pengangguran bertambah banyak.
Pernyataan ini disampaikan Menteri Perhubungan dan Jalan Raya India Nitin Gadkari dalam acara “FICCI Road Safety Awards & Symposium 2025” yang berlangsung di Delhi, Selasa (9/9/2025). Menurutnya, prioritas utama adalah melindungi jutaan pekerjaan di sektor transportasi sebelum mengadopsi teknologi kendaraan otonom.
“Teknologi tanpa sopir memang maju, tetapi India tidak bisa kehilangan kesempatan kerja yang telah diciptakan oleh kendaraan bermesin,” kata Gadkari dikutip dari Cartoq.
Menteri Gadkari menyebut, sektor transportasi menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 7-8 juta orang, termasuk pengemudi truk, taksi, auto-rickshaw, dan sopir pribadi. Di tengah ekonomi informal, menggantikan pekerjaan tersebut dengan mesin berpotensi memicu pengangguran massal, terutama bagi generasi muda.
Gadkari juga mengingatkan, tingkat pengangguran remaja India di usia 15-29 tahun mencapai sekitar 10 persen pada 2022-2023.
Ia menambahkan, pemerintah India lebih memilih memperkuat pelatihan sopir dan keselamatan lalu lintas. Pemerintah kini tengah mengintensifkan pusat pelatihan pengemudi, pusat kebugaran kendaraan, dan fasilitas pembongkaran kendaraan tua.
Setiap pekan, sekitar 4.000 kendaraan tua dihancurkan karena kondisi rem yang buruk dan poin kerusakan lainnya. Pemerintah juga menyoroti tantangan bagi kendaraan otonom untuk beroperasi secara efektif di India.
Infrastruktur jalan yang padat dan kompleks dengan lalu lintas yang bercampur seperti sepeda, kereta sapi, sepeda motor, hingga kurangnya disiplin lalu lintas menjadi kendala besar.
“Kondisi jalan di India sangat berbeda dengan negara maju. Ini menguji kemampuan algoritma kendaraan otonom,” ujar Gadkari.
Lebih lanjut, pemerintah India menekankan pentingnya keseimbangan antara inovasi teknologi dan perlindungan pekerjaan. Gadkari menekankan, jutaan pengemudi tidak hanya mengandalkan penghasilan dari transportasi, tetapi juga mendukung belanja rumah tangga dan perekonomian lokal.(rah)